Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Naiknya Cukai Rokok, antara Darurat Kesehatan dan Adiksi

5 November 2022   06:56 Diperbarui: 5 November 2022   07:05 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rokok adalah sebuah momok bagi yang tidak merokok dan tidak suka pada asap rokok. Kadang para perokok sudah sedemikian terbelenggunya pada cancer stick (istilah orang bule) ini hingga tak bisa lagi move on. Sudah janji tobat, sebulan dua eh balik merokok lagi. Bagi yang tidak merokok dan tidak suka merokok, tentunya senang dan bersyukur jika ada anggota keluarga yang bertobat. Namun jika tobatnya tidak awet alias tergoda lagi, ya sama juga bohong.

Kata mereka, tak merokok, mulut asem. Atau "Merokok tak merokok juga sama aja, semua orang pasti mati," kasarnya 'sih begitu.

Naik kendaraan umum, hampir selalu ketemu orang merokok entah sopir atau penumpang. Sejak pandemi Covid-19  syukurlah agak berkurang karena semua wajib pakai masker. Eh, sekarang mulai kumat lagi! Alhasil, penulis memutuskan untuk pindah ke angkot lain.

Jika masuk ke minimarket, penulis sering bertemu orang membeli 'Super'. Tanpa perlu sebut merek, kasir sudah tahu rokok apa yang dicarinya itu, Anda juga, 'kan?

Sudah saatnya adiksi toksik ini mulai perlahan-lahan dipatahkan. Cukai rokok yang tinggi mulai diberlakukan, mungkin bisa membantu. Namun bagi yang berduit atau merasa naik berapapun harga nantinya gak masalah, mungkin akan selalu bolak-balik juga. Alias terjadi beli tak beli namun pasti beli lagi.

Usaha terpenting untuk berhenti merokok adalah niat. Nothing less, nothing more. Ingatlah jika harga sebatang rokok bisa semahal sebutir telur, bahkan lebih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Mari Berhenti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun