Sudah jadi rahasia umum Bangsa Indonesia jika ada dua rasa yang sangat digemari lidah kita, hampir semua usia dan golongan. Apalagi jika bukan asin (gurih) dan manis.
Rasa asin tak pelak hadir sehari-hari lewat garam, MSG dan kecap. Tak lengkap rasa masakan jika tanpa rasa asin ini. Hampir semua lauk teman nasi pasti ada asin gurihnya. Gorengan, kuah, cemilan. Tanpa garam, semua akan terasa hambar.
Apalagi rasa manis. Kebanyakan hadir lewat cemilan dan aneka minuman, gula seakan jadi bahan baku yang harus ada di rak dapur.
Kedua rasa ini ditambah harga murah dan porsi besar, jadilah menu masakan atau minuman laku dan viral. Contoh tampaknya tak perlu banyak dijabarkan, sebut saja minuman es boba di pinggir jalan, cemilan cireng isi murah meriah, tahu bulat, dan lain-lain.
Belum lagi makanan-minuman instan yang dijajakan di rak minimarket dan mal. Asal murah dan berporsi besar plus diiklankan secara masif menjadikannya laku dan antre dicoba semua orang, lalu difoto secara estetik dan diunggah cantik di media-media sosial.
Banyak kita belum sadar jika kombinasi manis-asin plus harga murah meriah dan porsi besar ini bisa jadi bom waktu bagi kesehatan kita. Sangat banyak penyakit seperti diabetes, darah tinggi plus stroke mengintai. Belum lagi gagal ginjal akut yang bisa saja juga dipicu dari kebiasaan makan minum manis yang tidak baik.
Berikut berapa hal kecil yang patut kita waspadai, sering kita lupakan jika sudah terlanjur jatuh cinta pada makanan minuman asin dan manis yang murah meriah:
1. Tidak semua bahan pemanis pengganti garam dan gula pasti baik untuk kesehatan. Beberapa pemanis buatan dalam minuman murah seperti siklamat dan sakarin ada dalam minuman manis sugar free atau berlabel kurang gula.
2. Bukan hanya nasi putih, karbohidrat juga hadir dalam mie, roti, dan aneka pangan lainnya.
3. Bukan hanya cara olah makanan dan jenis minyak goreng yang patut diwaspadai. Harga yang terlalu murah untuk makanan yang digoreng juga patut dipertanyakan.