Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Aneka Ketidaktepatan Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Penulisan Instan

29 Oktober 2022   06:34 Diperbarui: 31 Oktober 2022   16:00 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Indonesia bagaikan kebun bunga, beraneka ragam dan sangat indah, kaya akan warna, juga wangi semerbak. Selalu berkembang, ikut perubahan zaman. Akan tetapi mirisnya, sengaja tak sengaja Bahasa Indonesia seringkali digunakan tidak pada tempatnya. Bagaimana bisa?

1. Penulis berusaha nyastra, menggunakan sinonim bahasa keren yang dikira akan memberi efek luar biasa atau dianggap kaya kosa kata. Misalnya kata netra yang sering sembarangan digunakan sebagai pengganti kata mata. Padahal kata netra sepengetahuan saya digunakan terbatas, misalnya pada kata tuna netra. Tidak bisa begitu saja digunakan dalam kalimat biasa seperti air mata diubah jadi air netra, dan lain-lain.

2. Penulis sering memanjang-manjangkan/menambah jumlah kata atau kalimat demi mendapatkan jumlah kata sebanyak-banyaknya sehingga penggunaan Bahasa Indonesia menjadi kurang efektif.

3. Penulis sering kurang mengetahui arti/ makna kata yang benar sehingga mereka cenderung menggunakan kata apa saja tanpa berusaha mencari tahu apakah ada kata yang lebih baik.

Wejangan saya sebagai seorang penulis hobi penggemar buku bacaan cetak lama adalah,

1. Banyak-banyaklah membaca literatur cetak dan online yang bermutu. Bermutu bukan berarti tulisan yang sudah best seller atau femes atau sudah diangkat jadi film, melainkan memenuhi kaidah bahasa, cukup makna dan memiliki satu dua amanat sederhana yang bisa dipetik pembaca.

2. Jangan ragu atau gengsi mencari tahu kebenaran lewat bertanya atau mencari di sumber kredibel.

3. Belajar bukan hanya lewat kelas-kelas atau apapun yang berbayar, akan tetapi bisa lewat para penulis yang murah hati berbagi ilmu. Sesama penulis adalah guru kecil sekaligus murid sekolah kehidupan yang tak akan pernah lulus, kecuali saat kita dipanggil Tuhan.

Semoga bermanfaat.

(Jika Anda suka pada tulisan-tulisanku, sila mampir di https://linktr.ee/wiselovehope untuk menikmati karya-karya literasiku. Terima kasih sudah membaca dan berbagi isi kepala denganku.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun