Pernahkah Anda jadi korban perundungan atau perisakan? Bukan hanya menimpa anak-anak di sekolah atau terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal saja. Banyak orang dewasa yang juga ternyata mengalami, lho. Misalnya di tempat kerja (kantor, pabrik, dan lain-lain) dan juga di komunitas (online maupun dunia nyata).
Siapa saja yang rentan mengalami perundungan dan perisakan? (Bullying dan memiliki haters):
1. Para pendiam/introver.
(Alasan para perundung/perisak: korban dicap sebagai orang sombong, pendiam dan tertutup.)
2. Gender yang lebih 'lemah'.
(Alasan para perundung/perisak: tidak terima dengan adanya gender yang lain dalam lingkup gender mereka, misalnya wanita yang bekerja di bidang yang didominasi pria.)
3. Para orang sukses atau baru saja mendapat rezeki, lebih diperhatikan atasan, dicap sebagai anak emas.
(Alasan para perundung/perisak: iri dan tidak suka dengan kesuksesan rekan mereka.)
Kadang kita berpikir, perundungan atau perisakan hanya terjadi lewat pemukulan, pemerasan, kata-kata kasar, ancaman dan lain-lain yang sifatnya to the point alias frontal. Padahal tanpa kita sadari, perundungan dan perisakan juga dapat terjadi dengan:
1. Gosip.
2. Sindiran.
3. Keluhan.
4. Ghibah.
5. Tertawa di belakang yang dirundung.
6. Silent treatment (mendiamkan.)
Mari kita kurangi kebiasaan melakukan hal-hal di atas, karena tanpa kita sadari, sesungguhnya kita telah melakukan perundungan dan perisakan.
Akibat dari perundungan/perisakan secara tak langsung adalah:
1. Lingkungan pergaulan menjadi tidak kondusif.
2. Ketidaknyamanan batin.
3. Hilangnya kepercayaan dan kerja sama.
4. Di tempat kerja, bisa saja yang dirundung akan resign atau berhenti bekerja akibat tidak tahan pada perlakuan Anda.
5. Tentunya masih banyak hal negatif bisa terjadi sebagai konsekuensi.
Tidak ada guna dan faedahnya, bukan? Jadi, daripada menghabiskan waktu dengan merundung seseorang secara demikian, lebih baik kita fokus saja untuk berusaha menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Jangan jadikan hanya iseng-iseng saja atau tak sengaja melakukan sebagai alasan, sebab tak akan bisa membuat perubahan yang berarti.
Sudahkah kita berusaha menghindari tindak perundungan/perisakan dan tidak ikut-ikutan menjadi pelakunya?
(Jika Anda suka pada tulisan-tulisanku, sila mampir di https://linktr.ee/wiselovehope untuk menikmati karya-karya literasiku. Terima kasih sudah membaca dan berbagi isi kepala denganku.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H