Sering saya jumpai kalimat penulis (media online, novel online) malas membaca sebagai status di media sosial.
Alasan-alasan mereka sederhana saja.
1. Tak ada cerita yang bagus, yang muncul di beranda itu-itu saja.
2. Malas membaca yang bayar (top up), Â hanya mau yang gratisan.
3. Tidak ada waktu (saya sering menggunakan alasan ini juga, karena memang saya seorang wanita multifungsi alias gawe iya, ibu-ibu rumah tangga juga iya).
4. Hanya mau baca yang ramai dibaca orang lain saja karena sudah pasti bagus!
Padahal membaca adalah kunci pintu untuk bisa menulis lebih baik. Namanya kunci, sudah jelas pertama, terbaik, dan tak ada yang bisa menggantikannya.Â
Ibarat mau bisa masak, harus icip makanan-makanan terlebih dahulu. Mau bisa berenang, harus kenal air dan arus. Jadi aneh jika kita tak sempat, atau lebih tepatnya tak suka membaca!
Berikut beberapa opini saya:
1. Banyak kisah yang bagus-bagus malah tersembunyi dan harus dicari, tak selalu mejeng di beranda.
2. Yang berbayar sebenarnya bisa diakali dengan mengikuti misi harian. Sebetulnya yang gratis juga tidak murni free, tentu ada kompensasinya, misalnya iklan.
3. Waktu bisa dicari, misalnya saat ada luang seperti di rehat siang atau dalam perjalanan yang sudah dipastikan aman.
4. Jangan hanya ikut-ikutan, sebaiknya mencari tahu apa saja karya penulis yang mungkin jarang diekspos platform akan tetapi karyanya bahkan yang gratisan saja sudah berhasil menggugah Anda. Apalagi yang serius dituliskan demi sesuap nasi, tidakkah Anda penasaran?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI