Jika melihat lagi perjalanan hidupku di tahun 2002, tidak terpikirkan jika Kak Jul akan bisa memiliki keluarga yang luar biasa di masa kini, 19 tahun kemudian.Â
Dulu aku merasa betah dalam kesendirian, seorang pribadi yang senang menyendiri, independen, susah diatur serta pasrah dalam menemukan jodoh.Â
Tidak pernah merasa diri cantik dan menarik. Banyak teman sudah pacaran dari SMA dan masa kuliah, aku masih sorangan wae. Jadi, aku sempat tak ingin berpikiran ingin menemukan jodoh, lagipula aku seorang pendiam yang susah bergaul.
Namun bisa berkenalan dengan seorang pemuda yang kemudian menjadi akrab denganku ternyata membawa perubahan besar. Tak seperti teman lain pada umumnya, terasa betul jika dia berbeda, istimewa dan luar biasa.Â
Bukan karena penampilan maupun bibit bebet bobotnya. Ia sederhana, lembut hati dan setia. Walau sedang tak berbuat apa-apa, kehadirannya saja mampu memberi banyak hal dalam hidupku, membuatku mampu tertawa lagi. Pada intinya, ia membuatku bahagia.
Hingga saling menyukai dan berpacaran (yang menurut orang-orang kelamaan karena dijalani hingga 7 tahun!) dan akhirnya menikah pada tahun 2009.
Awal-awal pernikahan memang terasa sedikit asam manis karena berbagai hal. Setelah kehadiran anak-anak pada tahun 2011 dan 2013, semuanya semakin kompleks namun juga penuh warna.
Dari 12 tahun pernikahan yang baru saja kami rayakan bulan lalu, kami semakin bertambah erat saja. Setiap hari kami jalani dengan penuh syukur dan cinta.Â
Ada beberapa hal yang kudapatkan sekaligus ingin kubagikan kepada teman-teman pembaca yang belum menikah maupun sudah menikah juga:
1. Pernikahan bukanlah sekolah untuk mengubah pasangan hidup kita untuk menjadi lebih baik. Banyak pasangan yang berpikir 'aku harus bisa mengubah suami atau istriku seperti yang kuharapkan', ini adalah hal yang tidak benar. Pasangan kita memiliki sisi positif -negatifnya sendiri, jika apa yang ada padanya negatif, kita yang merasa diri positif harus cermat menutupinya. Bukan memaksanya menjadi apa yang kita inginkan atau apa yang kita anggap baik.
2. Pernikahan juga membutuhkan me-time alias waktu untuk bersendiri. Tak melulu harus bersama pasangan di waktu luang. Namun tetap harus ada kebersamaan di penghujung hari, entah dengan berkencan, istirahat bersama di kamar, bahkan mencium pipi dan keningnya saja sudah sangat membahagiakan.
3. Bukan prinsip 'ia mencintaiku, jadi ia wajib membahagiakanku!' melainkan milikilah prinsip 'aku mencintainya, karena itu aku wajib membahagiakannya!' Bukan berarti kita bucin atau egois, namun kita yang harus menjadi pionir dalam melimpahkan cinta.
4. Belajarlah untuk memiliki prinsip unconditional love seperti yang dimiliki hewan-hewan peliharaan (bukan bermaksud menyamakan, namun sangat baik untuk dijadikan teladan.)
5. Rangkaikanlah cinta, bukan ikatkanlah cinta. Jangan salfok dengan judul sinetron. Ikatan berarti ada yang sesuatu yang membelenggu, ada konotasi erat dan menyakitkan di sini. Rangkaikan saja cintamu, jadi tetap terhubung dengan nyaman, ada ketentraman dan juga keharmonisan dalam rangkaian cinta Anda berdua.
Salam penuh cinta, Kak Jul.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI