Masih harus mencetak beberapa ratus lembar lagi, tapi Leia merasa ada hal yang tak nyaman. Benarkah seharusnya ia tadi tak meninggalkan pembalut bekas tanpa mencucinya? Kok rasanya perbuatannya itu kotor sekali dan tak enak bila nanti ditemukan orang lain atau petugas janitor nanti pagi.
Akhirnya dalam ragu ia kembali ke toilet. Semua pintu toilet tertutup, kecuali yang tadi Leia masuki.
Lho, sepertinya semua orang sudah pulang. Kecuali pak satpam yang tak mungkin mondar-mandir masuk toilet wanita.
Di dalam sana, di balik pintu yang tak terkunci, tampaknya ada seseorang sedang memakainya.
Duh, Leia jadi merasa tak enak, pembalut bekasnya masih ada di sana. Ia menyesal, tadi tak membuangnya dengan bersih, rapi dan baik. Tentu sudah dilihat si pengguna toilet itu.
Aneh, kok tak terkunci. Padahal kuncinya tak rusak.
Ada seseorang. Atau sesuatu.
"Permisi.." malu, sungkan, ragu, perlahan Leia mendorong pintu agar terbuka.
Rasa takut mencekam sepersekian detik dalam ruang terang benderang itu sempat Leia rasakan,
sebelum sosok berjubah putih, berambut hitam panjang itu berbalik menatap Leia dengan bibir dan mulut berlumuran darah merah segar.
Pandangan Leia pun nanar. Kakinya goyah. Dan itulah 'sesuatu' yang terakhir kali dilihatnya, sebelum terjatuh ke dalam lubang hitam tanpa dasar.