Saat sedang tak ada guru, seorang teman cewek iseng 'mengukur-ukur' dan mencoba memegang dada hampir semua cewek di kelas. Joy yang hampir kena giliran, merasa kaget, malu sekali lalu kabur dari kelas, melapor pada guru yang bertugas. Hingga akhirnya teman cewek itu dimarahi dan dinasihati, kalau berusaha mengukur-ukur dada sesama wanita itu tidak sopan.
Joy tak tahu apakah semacam pelecehan atau tidak, mungkin hanya rasa penasaran cewek kecil berumur tak sampai sepuluh tahun. Tapi sungguh, sejak itu rasa penasarannya bangkit. Ada apa dengan ukuran besar kecilnya dada, apakah itu menandakan pertumbuhan seksual seorang wanita? Joy terus menyimpan dalam hatinya. Juga satu atau dua lagi pengalamannya di sekolah, dimana pada tahun 90-an, pelajaran reproduksi belum terlalu umum di sekolah. Teman-temannya pernah bertanya satu sama lain, apakah milikmu sudah berambut? Dan mereka selalu menertawakan teman yang menjawab belum punya.
Rasa penasaran itu terus berlanjut. Namun menjelang tamat sekolah dasar, Joy malah diam-diam suka pada cowok teman akrabnya, Kyo. Cinta pertamanya. Dan anehnya, belum terlintas dalam benak Joy ingin bercinta dengan Kyo, maupun cowok-cowok lain sesudahnya. Hanya rasa cinta yang naif dan keinginan untuk berpacaran, tanpa ingin begituan.
Bertahun-tahun lewat, Joy si gadis tomboy pemalu dan kesepian, nyaris pasrah akan hidup sendirian selamanya.
Saat Joy akhirnya 'bertemu' dan jadian dengan Rey, bukan sekedar cinta yang naif maupun sekedar nafsu belaka. Rasa ingin memiliki dan dimiliki, berpadu dengan suka, sayang dan cinta pada Rey, menghasilkan perasaan dan keindahan tersendiri yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata.
"Bikini itu bagus sekali, tapi aku jauuuh lebih suka melihatmu begini." Rey menatap Joy yang telentang cuek dan pasrah di atas pasir.
"Kamu juga, seperti incubus yang siap menggodaku siang malam dengan tubuhmu yang takkan pernah bisa kutolak."
"Selalu akan bilang 'iya' ???" Rey sekali lagi menelungkup di atasnya seolah tak ingin lepas dan menunggu reaksi kesal Joy.
"Iya, kecuali 'tamu bulanan'-ku datang." Joy malah tertawa, membuyarkan harapan Rey yang tak ingin membayangkan.
"Uh, gak seru ah." Rey pura-pura ngambek. "Jangan buru-buru ada 'tamu bulanan' di sini, nanti kamu marah-marah melulu. Mana Joy 'pas lagi datang' jadi galak sekali, seperti singa betina sakit gigi."
"Uhh, Rey. Awas ya. Berani-beraninya kamu! Singa ini berbahaya lho, bukan singa-singaan, nanti 'ikan' sepertimu akan kumakan." Joy pura-pura mencakar-cakar Rey yang menurutnya sangat seksi dalam keadaan polos begini.
Sore itu mereka bebersih, lalu kembali ke pondok untuk bersiap makan dan duduk menikmati datangnya malam.