Ups. Ia hanya 'berani' dengan Joy.
Kembali ke jaman ABG Rey si pangeran kerajaan monarki super kolot Evertonia. Di saat teman-temannya mulai sedikit 'bereksperimen', Rey yang banyak kumpul dengan sesama pemuda bangsawan tak berminat ikut-ikutan bermain wanita. Walau banyak sekali gadis yang ingin mendekati Rey secara pribadi.
Rey muda malah diam-diam pernah punya koleksi VCD kartun Zepun yang sedikit nyeleneh, bahkan pernah ketahuan ayahanda raja hingga ia dimarahi habis-habisan. Toh, Rey tak kapok. Sebagai laki-laki muda yang cerdas dan mudah penasaran, ia suka belajar tentang hal tabu itu, bahkan diam-diam di kamar mandi istananya yang mewah, ia kadang larut dalam fantasinya sendiri, memuaskan diri dengan cara yang sudah jadi rahasia umum semua laki-laki si seluruh dunia.
Rey tak begitu munafik mengingkari bahwa ia suka wanita, bahkan sebelum bertemu Joy, ia juga mengidolakan bintang-bintang film Azia bertubuh indah dengan rambut panjang hitam berkilau.
Belum lagi tokoh-tokoh dalam film animasi yang kadang terlalu berlebihan dalam penggambarannya. Rey suka memanjakan mata, tapi pengembaraannya seakan tanpa ujung, dan tak lengkap tanpa ada rasa pada seseorang yang ia belum juga temui di dunia nyata.
Sejak bertemu Joy, lain lagi rasanya. Sekarang malah Rey lebih lagi mengerti, bahwa nafsu saja tak cukup, keinginan lahiriah saja tak sempurna untuk memuaskan, sebab tanpa suka, sayang dan cinta, pelampiasan nafsu purba manusia hanyalah hal sia-sia.
Joy kembali ke masa kini bersama Rey, dimana mereka sudah sehari semalam penuh bersama-sama, seakan di dunia ini hanya ada mereka berdua saja.
Duduk berdua di pantai, membiarkan ombak sesekali menyapa tubuh mereka dan membasahi pakaian renang yang kini mereka kenakan. Joy cuek berbikini, cuma ada suaminya di sini, sebaliknya Rey pun bertelanjang dada.
Rey yang masih begitu awet muda dan tampan, bahkan semakin bersinar setelah menghabiskan 24 jam bersama Joy, yang juga tak lagi setomboy dulu, sudah bertransformasi menjadi 'angsa'.
"Bukan lagi anak bebek yang buruk rupa." Joy seperti bicara sendiri.
"Hah?" heran Rey. "Siapa?"
"Aku." Joy terkikih.
"Dari dulu juga bukan anak bebek yang buruk rupa. Kalau Joy begitu, aku juga Pangeran Katak. Dicium Joy baru berubah begini."
"Uhh, ciumanmu memang tiada duanya. Kesal aku jadi kecanduan. Bagaimana bisa jauh lagi darimu, Pangeran Katak?" Joy meledeknya sambil membelai tengkuk Rey yang lembut. Dasar pria 'cantik' berkulit licin dan bersih, Joy sungguh tergila-gila dibuatnya.