"Mawarku, kutemukan sendiri, apa yang harus kulakukan?" Joy melihat sekali lagi mawar di tangannya.
Ini hakku. Haruskah kulakukan ini?
Menyerahkan mawar yang ia temukan dengan susah payah kepada putri Agnez, yang mengingatkannya pada dirinya sendiri yang di-bully orang saat sekolah dulu. Kedua putri 'jahat' yang mengambil mawar Putri Agnez dan sepertinya di ujung sana sedang tersenyum dengan penuh kemenangan.
Apabila ia biarkan Putri Agnez menangis sendiri di sini, sungguh tak tega. Ia melihat putri ini tak sama seperti yang lainnya, lebih mirip dan hampir sama nerd dan polosnya seperti dirinya sendiri.
"Ini, ambillah milikku."
"A.. Apa? Apa kau yakin? Tapi bila begitu, kau akan.." Putri Agnez terperangah tak percaya.
"Ya, tapi peluangku di sini toh kecil. Kurasa kau lebih berhak untuk maju, Putri Agnez." Joy hampir menangis. Tapi ia tahu, mengikuti kata hati kecilnya, ia harus berbuat baik. Daripada aku menari di atas penderitaan orang lain, biarlah aku yang mengalah, permainan ini sudah selesai. Aku pulang ke Evernesia. Tak ada gunanya melawan kecurangan Putri Chelsea dan Velove.
"Te.. Terima kasih, Putri Zoy." Putri Agnez tergagap, menerima mawar dari Joy sambil tersenyum lebar.
Selamat tinggal, Rey.
Sementara itu, dari kejauhan sesosok tubuh tersembunyi dalam kegelapan diam-diam telah berhasil menjepretkan kameranya. Ia dapat semua yang ia inginkan, termasuk merekam adegan dan pembicaraan di kebun bunga itu.