Dengan tawa paling jahat, menakutkan dan menusuk-nusuk telinga, keduanya segera berlalu dari ruangan. Meninggalkan Joy yang masih deg-degan dan berusaha untuk tetap teguh. Walau ia sendirian. Walau ia merasa ada beban begitu berat di bahunya.
"Rey, kok tega-teganya kau memberiku ujian begini berat?"
Joy tahu, cara mereka ini adalah satu-satunya peluang dimana seluruh dunia akan tahu mereka saling mencintai. Dimana jika ia menang, takkan ada yang berani memisahkannya dari Rey, meskipun nanti akan ketahuan status keputriannya, atau tidak.
"Rey, apa yang harus kulakukan?"
"Jangan menyerah, Joy." tiba-tiba Yin dan Yang datang, memberi kekuatan. "Kau sudah hebat sekali tadi, kau tahu Rey lebih dari siapapun, di lluar sana, telah kau berikan jawaban yang benar, dimana semua orang lain terlalu jauh berpikir dan tak menyadarinya."
"Kalian yakin?"
"Ya. Kami tahu, putri-putri lainnya tak ada yang mencintai Rey sebesar dirimu. Mereka hanya ingin menjadi ratu, kelak duduk di tahta menguasai negara ini, mewarisi kekayaan raja Evertonia, dan tak perduli, apalagi mengerti diri Rey yang sesungguhnya."
"Kalian tahu bagaimana caranya menghadapi putri-putri itu?" tanya Joy, sedikit lebih lega mengetahui duo sahabat kekasihnya memang tak membiarkannya sendirian.
"Tenang saja, bila ada yang melanggar aturan kerajaan mereka bisa didiskualifikasi. Bersikap kasar, melecehkan, merisak, bila tertangkap kamera pasti akan dikeluarkan. Tapi kali ini biarkan saja, kedua putri itu takkan berani berbuat terlalu jauh."
"Te.. terima kasih, Yin, Yang. Kalian hebat. Sampaikan salamku untuk Rey."
"Kami akan melakukannya untukmu. Selamat beristirahat, Putri Zoy."