Tentunya semua manusia memiliki tiga hal ini: rasa cinta, selera dan hobi.
Rasa cinta di sini adalah kebutuhan emosional  dan juga seksual untuk mencintai dan dicintai, termasuk mau punya pasangan yang bagaimana, tertarik pada tipe seperti apa, dan kelak settle down atau berumahtangga hanya dengan pilihan terbaiknya, yang sama-sama saling mencintai dan diharapkan bisa selalu bersama sampai akhir masa.
Selera, bisa berarti selera terhadap jenis musik tertentu, genre film tertentu, atau selera terhadap makanan tertentu. Setiap orang tentunya berbeda-beda dan relatif, dan tak mudah bosan atau berganti, jadi akan menetap untuk seumur hidup. Kecuali ada hal luar biasa yang terjadi, misalnya biasanya teman saya suka makan durian, tiba-tiba termakan atau mencium bau durian busuk, jadi tak selera lagi deh.
Hobi, tentu saja beda lagi. Kegiatan yang suka dilakukan dan sama dengan selera, relatif permanen. Ada yang hobi olahraga, ada yang hobi pelihara hewan, ada yang hobi menonton opera, dan masih banyak lagi.
Lucunya, dari ketiga hal di atas, Anda tentu berpikir, cinta adalah hal terkuat dan terpenting. Saya juga pikir begitu. Tadinya.
Tapi dalam kenyataannya, selera dan hobi seringkali membuat cinta tersisihkan.
Contoh : Seorang suami yang lebih suka merawat lovebird dan burung peliharaan mahal lainnya di akhir pekan, sementara istri dan anak-anak berkutat dengan tugas PJJ. Seorang istri yang lebih suka kunjungan kerohanian ke rumah-rumah (sebelum pandemi) daripada jadi ibu rumahtangga yang baik. Dan masih banyak lagi.
"Yang penting keinginan saya terpuaskan." "Yang penting istri/suami setuju saya begini." "Mereka selalu ada ini, gak bakal kemana-mana."
Dan kenyataan terpahit adalah, selera dan hobi bisa dibilang permanen. Susah sekali mengganti selera misalnya dari hanya suka masakan Padang tiba-tiba suka Masakan Italia, dan hanya suka tipe Kucing Siam, tiba-tiba suka Kucing Persia. Tetapi kok bisa mudah sekali mengganti rasa cinta.
"Istri saya sudah tak menarik lagi," "Suami saya sudah tak langsing lagi," "Sudah tak ada perasaan apa-apa lagi," "Jodoh hanya sampai di sini," dan lain-lain alasan.
Nah, bila selera dan hobi saja sulit banget berganti kecuali kita mendadak amnesia seperti di sinetron-sinetron TV, kok kita dengan mudahnya merelakan rasa cinta pergi?
Hayo, yang selama ini tak lagi setia, yang abai pada suami atau istri, yang lebih mementingkan selera dan hobi bahkan diam-diam mencoba mencari cinta dari orang lain, mari coba introspeksi diri sendiri lagi. Salam cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H