"Putri Zoy dari Outer Evertonia" pun masih terbengong tak percaya saat dirinya tiba-tiba seperti 'disulap' oleh tongkat sihir Ibu Peri, dari tomboy kelas berat yang nyaris maskulin tiba-tiba diberi gaun putih bermodel formal dengan aksen emas ala Putri, walau bukan yang panjang menyapu lantai. Diberi sepasang sepatu hak tinggi baru yang keren. Kacamatanya dilepas, digantikan sepasang softlens baru yang pasti susah dicari karena minusnya yang cukup tinggi. Juga jari-jemarinya yang biasa polos dimanikur, diberi pulasan kuteks plus sentuhan make-up profesional di wajahnya yang biasa pucat. Rambutnya yang cokelat kemerahan sedikit digulung agar lebih bergelombang. Bibirnya dipoles lipstik dengan sangat rapi. Hasilnya? Pangling banget.
Jadi, kalau tomboy kutu buku nerdy didandani begini bisa lumayan cantik juga. Total makeover kata orang-orang.
Dan akhirnya saat yang paling dinanti-nantikan itu pun tiba. Putri Zoy dan keempat lawannya siap diadu di atas panggung istana. Live show, kata ksatria Yin Yang yang mendampingi dari balik layar. Seorang pemandu acara laki-laki ternama yang dandanannya norak abis, Mister Brokoli (namanya demikian karena rambutnya yang keriting dicat hijau jadi mirip banget sayuran sehat itu), akan memandu keseluruhan acara yang ditonton jutaan pasang mata di Evertonia, Evernesia dan seluruh dunia Ever.
"Langsung disiarkan dari Istana Evertonia, inilah Royal Evertonia Game of Love yang akan menjadi ajang pencarian cinta sejati Yang Mulia Pangeran Rey!" Mr. Brokoli mengumumkan dengan suara menggelegar di atas panggung mewah yang berada tepat di depan tahta kerajaan. Tahta itu kosong, tak ada tanda-tanda kehadiran Pangeran Rey maupun Raja. Beberapa kamera dan lampu studio menyinari seisi ruangan yang ditata seperti ballroom di pesta-pesta fantasi.
Di bawah panggung beberapa ratus kursi diisi undangan terpilih, tentunya para pembesar Evertonia, bangsawan dan pejabat penting.
"Sekarang mari kita sambut Pangeran Muda kita, Putra Mahkota Rey dari Evertonia!"
Deg. Sudah berbulan-bulan aku tak melihatnya. Sekarang bagaimana wajahnya, apakah masih sama seperti pertama kali kami bertemu?
Joy merasa gemetar. Airmatanya mulai terbit.
Yin dan Yang sepertinya sadar akan hal itu, mereka buru-buru memakaikan sebuah kacamata hitam pada Joy. "Jangan menangis, nanti penilaianmu turun." kata mereka. "Ayo, tegar. Dan cuek saja, jangan lupa senyum."
"Maaf, baiklah, aku akan berusaha semaksimal mungkin."