Dan di atas tahta itu, dari balik layar sesosok tubuh berseragam kerajaan resmi yang juga berwarna putih emas hadir, membuat seisi istana sunyi senyap dan memberi hormat. Ia berkacamata hitam.Â
Rey! Joy langsung mengenali. Astaga. Ia betul-betul ada di sini. Rey, ini aku. Aku datang!
Tapi Pangeran Rey tak melihat ke arahnya. Sepertinya angkuh. Dengan sikap formal diangkatnya tangan kanannya yang bersarung putih, seperti memberi sambutan. Bibirnya tak tersenyum. Ia tak sedikitpun melihat ke arah penonton. Juga ke tempat Joy dan para kontestan duduk.
Uhh, tak seperti Rey yang kukenal dulu, tak mirip dia sama sekali. Joy merengut kesal.
Yin dan Yang lagi-lagi berbisik, "Sabar, di sini Pangeran kita harus netral. Ia telah dididik keras untuk itu. Perasaannya harus disembunyikan, makanya ia wajib memakai kacamata itu."
"Keren, tapi jelek ah. Aku lebih suka matanya yang kecil, sipit tapi seksi." aku Joy.
"Sekarang kami panggilkan putri pertama. Putri Chelsea dari Evertonia Barat. Silahkan maju ke depan." Mr. Brokoli memberi mikrofon, tempat dan waktu kepada kontestan pertama.
Joy ternganga. Putri tinggi berambut panjang, pirang berkilau yang sangat cantik. Gaunnya seragam dengan Joy, tapi ia sangat anggun dan percaya diri. "Aku Putri Chelsea, sahabat masa kecil Pangeran Rey. Kuharap Rey masih ingat padaku. Kami dulu cinta monyet dari SD, betul Rey?" tanpa malu-malu ditatapnya Sang Pangeran yang duduk di tahta. Rey hanya tersenyum kecil, tanpa emosi.
"Hobiku berdansa dan aku adalah pemenang berbagai kontes dansa kerajaan. Semoga aku menang." dilemparkannya ciuman jarak jauh ke Pangeran Rey, yang membuat Joy merasa ngap-ngapan. Duh, kok saingan berat begini ya. Aku tak bisa dansa. Joget saja kaku seperti robot. Bisa patah tulang-tulangku kalau dipaksa berdansa. - murung Joy malu.
(ikuti kelanjutannya hanya di Noveltoon)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H