Malam berlalu, Joy sedikit lega karena Rey ada di sini, dekat dengannya. Tak ingin berpisah, tak akan berpisah lagi. Ia hanya ingin bisa selama mungkin menunjukkan betapa pemuda itu telah mengubah hidupnya.
Pangeran Tampanku.
Tidurlah yang nyenyak.
Mimpi indahlah tentangku.
Keesokan harinya, lagi-lagi Joy dikejutkan dengan kedatangan tamu. Dua lelaki muda tak dikenal berdiri di luar pagar rumahnya, berpakaian semacam seragam prajurit tak dikenal. Tampang mereka mencurigakan, kalau tidak agak seram.
Anggota Pasukan Kerajaan Evertonia? -Joy bergidik ngeri. Apakah mereka bermaksud buruk? Apakah mereka tahu keberadaan Pangeran Rey di sini, ingin menangkap kami sekeluarga dan memenjarakanku dan ibuku karena menyembunyikan The Rebel Prince?
Joy ingin membangunkan Rey yang masih terpulas di ruang tidur tamu, namun diurungkannya niatnya. Kasihan, baru beberapa jam tidur nyenyak dalam keadaan tak enak badan. Waduh, apa yang harus kulakukan?
Dalam galaunya, salah satu lelaki di luar berseru, "Nona Joy, tolong bukakan pintu. Kami di pihak Rey."
Benarkah itu? Atau hanya akal-akalan pihak intel kerajaan yang seperti di mal kemarin, yang hampir saja berbaku hantam dengan Rey?
"Mereka teman-teman lamaku. Bukakan saja pintu. Aman." tiba-tiba terdengar suara rendah Rey di belakang Joy.