Bagaimanapun, mama Joy tak menyesali keputusannya. Lagipula, walau papa Joy sudah tiada, mereka berdua tetap saling memiliki.
Mama hanya tak mau kau menyesali pilihanmu kelak, apalagi kau hampir saja selesai. Perjuanganmu selama 4 tahun ini akan segera berakhir dan kau akan menjadi seorang sarjana seni. Setelah kau lulus ujian akhir ini, tentu saja kau boleh menentukan pilihanmu sendiri. - demikian wejangan mama Joy.
Ya, Ma. Aku akan berhati-hati dan tetap ingin melakukan yang terbaik bagi kita, dan bagi masa depanku. Aku janji, Ma - kata Joy. Malam itu mereka habiskan dengan melihat-lihat foto keluarga mereka saat papa masih ada. Joy merasa rindu. Sudah lama tak ada seorang laki-laki yang sebaik dan selucu papa. Papa yang dulu sering mengajaknya makan-makan, jalan-jalan ke kebun binatang, mengasuh anjing kesayangan mereka si Myumyu saat Joy sedang sakit.
Ya, Joy pernah merasakan kasih sayang seperti itu dan ingin kembali merasakannya lagi. Dan entah mengapa, saat menatap lagi foto diri Rey, yang entah benar itu dia atau bukan, hatinya terasa hangat. Rey yang baby-face, agak tirus, dengan mata sipitnya yang lembut. Rey yang katanya hobi makan ayam goreng dan bermain bola, serta suka fotografi dan komputer. Ia ingin mengenal cowok itu lebih dalam.
(ikuti kisah lengkapnya hanya di Noveltoon)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H