Walaupun kita sangat dianjurkan untuk memiliki teman sebanyak mungkin, tidak bermusuhan dan selalu hidup berdampingan dalam kedamaian, namun hidup memang tak seindah dan semudah dunia dongeng.
Pada kenyataannya, ada sekelompok orang yang tanpa kita sadari, adalah toxic people yang tak bisa tidak, menyelusup ke dalam lingkungan perkenalan kita.
Demikian sebagian ciri toxic people:
1. Senang update status sosial media atau gemar bercerita di muka umum secara langsung dengan aneka keluhan yang mengasihani diri sendiri, pesimistik, play victim serta menuduh seseorang menyakitinya, selingkuh, bertengkar dengannya tanpa alasan yang jelas atau bukti.
2. Seperti yang pernah penulis bahas di tulisan sebelumnya, menjadi drama queen/king namun tak menyadari diri sendiri telah dianggap orang seperti itu.
3. Menyanjung tinggi orang-orang yang sepertinya baik padanya, misalnya mereka yang memujinya, namun melupakan orang yang lebih baik lagi yang telah menolong secara nyata kepadanya.
4. Sepertinya alim dalam keseharian, namun di baliknya menyimpan akar pahit atau sesuatu yang gelap dalam dirinya.
5. Berusaha keras agar orang-orang setuju dengan idenya yang terlihat seolah positif, padahal ia sendiri hanya mencari pembenaran "Iya, saya korban toh. Jadi selayaknya dibantu." Dan lain-lain.
Mengatasi orang-orang seperti ini bukan dengan menegur atau mengkonfrontasi mereka, karena serta-merta Anda akan dibantah, dijauhi, difitnah bahkan akan dilibatkan dalam drama mereka. Ide dari penulis yang pernah mengalami dan dicurhati hal seperti ini adalah:
1. Sindir halus. Sentil saja, tanpa harus dipermalukan di depan orang banyak. Bila mereka masih punya kepekaan, niscaya akan sedikit sadar dan berusaha mencari tahu apa yang tidak beres dalam diri mereka.
2. Jaga jarak. Tak perlu mendekati bila tak ingin terpapar atau ikut dalam drama atau permainan kata mereka. Sebab hanya akan melemahkan semangat Anda.
3. Beri waktu. Kadang mereka akan sadar sendiri, mungkin juga tidak atau akan sangat lama.
4. Doakan. Bila sudah tak ada jalan, yang bisa mengubah orang sedemikian, mungkin bukan lagi keluarganya atau siapa-siapa, hanya Tuhan yang bisa.
Demikian beberapa hal yang penulis bisa bagikan, bersumber dari pengalaman dan hanya sebagai masukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H