Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya "Play Victim" Kerabat hingga Pejabat, Saudara hingga Pemuka Agama

23 Desember 2020   09:30 Diperbarui: 23 Desember 2020   09:59 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Play Victim dari Freepik.com

"Oh, itu gara-gara aparat. Selidiki. Laporkan. Sebarkan ke seluruh dunia kejahatan kemanusiaan ini ! Biar pada tahu semua !"

Tentang apa itu Play Victim yang dilakukan oleh sahabat, kerabat atau saudara, sudah pernah saya bahas sebelumnya. Belakangan mencuat lagi dari kalangan pejabat, politisi, atau pemuka agama. Sosok-sosok pemimpin atau orang terkenal yang selayaknya jadi panutan.

Di sini, sebagai sosok warganegara awam yang netral, sedikit saja saya bahas tanpa menyebut nama, semua dugaan dan kesamaan hanya kebetulan belaka. Anggap saja sebuah fiksi berdasarkan kisah nyata dari negara antah-berantah berjuluk Intunisia.

Atas sebuah peristiwa "kriminal" yang terjadi di negeri Intunisia, sosok "imam besar" yang baru saja diamankan oleh pihak yang berwenang, bersuara dari balik "jeruji besi." Menyampaikan pesan agar enam simpatisannya yang katanya "terbunuh" oleh polisi diselidiki oleh dunia karena "melanggar hak asasi manusia."

Bila kita runut dari hulu ke hilir, ada sebab baru ada akibat. Tak ada asap bila tak ada api.

Intunisia selama 4 tahun lebih kalem-kalem saja. Gak ada tuh ribut-ribut polisi nembakin penjahat, kecuali pas ditangkap kabur. Kalaupun ada yang disasar timah panas, pasti kaki. Seperti yang warga saksikan di berita kriminal 30 menit di televisi. (Ups, potong iklan). Makanya sempat populer jargon Bang Napi Waspadalah, Waspadalah.

Lalu "imam besar" kembali dari luar negeri. Bawa oleh-oleh masalah. Dari awalnya saja sudah disambut bagai dewa, apalagi berbuntut banyak peristiwa penuh drama.

Intunisia sedang lesu dilanda pandemi, toh pengikut-pengikutnya seperti "sudah kebal". Kalau tidak, ya bebal. Makanya, main kucing-tikus sudah biasa. Ramai-ramai baru berani. Padahal  keramaian saat ini sangat beresiko sekali.

Lalu terjadilah insiden, dimana yang berwenang mencium ada ketidakberesan, lalu membereskan. Eh, malah dituduh yang bukan-bukan.

Katanya Intunisia penuh toleransi, kedamaian, musyawarah dan gotong-royong. Agama mayoritas penuh kedamaian. Herannya, "imam besar" yang konon keturunan orang suci kok berkoar-koar Play Victim begini. Apalagi di lapangan kenyataannya mayoritas dari mayoritas yang memang pada umumnya pecinta damai, kok tidak meneladani beliau ya? Penuh tanda tanya.

Play Victim atas nama Hak Asasi Manusia. Salah satu taktik lama yang mungkin ampuh membersitkan kata "kejam ya." dari mulut dunia yang belum melek pada opini mayoritas warga negara.

Kalaupun memang 'kesalahan' ada pada pihak yang berwenang, itu demi efek jera dan demi melindungi negara Intunisia dari bibit-bibit penebar ketidakharmonisan. Dalam opini ter-humble saya, bagaimanapun, Play Victim adalah taktik yang paling kekanak-kanakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun