Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ketika Pancasila "Diplesetkan" Sana-sini...

18 Desember 2020   15:15 Diperbarui: 21 Desember 2020   11:00 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sasa, Foto dari Detik.net.id.

Masih sangat hangat kasus Pancasila Wakanda. Dimana isi Pancasila 'diplesetkan' hingga berbuntut Rahma Sarita si pengunggah didepak dari jabatannya sebagai staf ahli wakil ketua MPR dan juga dari  Partai yang diusungnya.

Demikian isi Pancasila versi Negara Wakanda yang dituliskan Rahma Sarita:

1. Ketuhanan yg berkebudayaan
2. Kemanusiaan untuk golongan sendiri dan tidak beradab untuk golongan lainnya
3. Perpecahan Wakanda
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh oligarki kekuasaan
5. Ketidakadilan sosial bagi yang bersebrangan dengan penguasa

Lambangnya burung empirit noleh ke kiri.

Sebenarnya bukan kali ini saja kasus Pancasila diplesetkan. Pada Kasus Rahma, ia berdalih bahwa itu hanya satire, dan negara yang dimaksud bukan Indonesia, melainkan Wakanda, negara fantasi dalam film Black Panther.

Masih sangat segar ada beberapa 'plesetan' lainnya, namun bernasib tak serupa. Izinkan saya mengingatkan kita kembali.

Sasa, Foto dari Detik.net.id.
Sasa, Foto dari Detik.net.id.
Beberapa bulan silam saat heboh demo Omnibus Law RUU Cipta kerja, kembali viral video singkat seorang mahasiswi asal Sulawesi bernama Sasa berorasi lantang dengan menyebutkan plesetan Pancasila menjadi Pancasalah.

"Negara kita yang katanya negara Pancasila, sekarang menjadi negara pancasalah. Satu, ketuhanan yang maha hormat. Dua, kemanusiaan yang adil bagi para birokrat. Tiga, persatuan para investor. Empat, kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat penindasan dalam permusyawaratan diktatorian. Lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat kelas atas," katanya.

Berbeda nasib dengan Rahma Sarita, Sasa dipuji banyak netizen sebagai wanita berani, cantik, dan lain sebagainya. Bagi Sasa menjadi viral adalah sebuah konsekuensi. Sepertinya juga, tak ada yang mempermasalahkan Pancasalah-nya Sasa. Menurutnya, ini adalah sebuah kritikan, bukan mengubah isi Pancasila yang sebenarnya.

Demikian pula ada kasus Trisila dan Ekasila yang sempat heboh, sempat dikira sebagai upaya mengganti Pancasila dari sebuah RUU atau diusung oleh Partai Politik tertentu, ternyata sejatinya adalah konsep yang bersama Pancasila digagaskan Bapak Proklamator Ir. Soekarno. Dimana konsep itu akhirnya tak terpilih, dan akhirnya kita kenal Pancasila yang sekarang.

Satu lagi yang masih terngiang,  status Facebook Sahat, asal Sumatera Utara (2016) yang mengubah Pancasila jadi Pancagila.

Dalam status Facebook-nya, Sahat menulis "Pancagila" dilengkapi dengan definisi sebagai berikut:

1. Keuangan Yang Maha Kuasa.
2. Korupsi Yang Adil dan Merata.
3. Persatuan Mafia Hukum Indonesia.
4. Kekuasaan Yang Dipimpin oleh Nafsu Kebejatan Dalam Persengkongkolan dan Kepurak-purakan.
5. Kenyamanan Sosial Bagi Seluruh Keluarga Pejabat dan Wakil Rakyat.

Kabar terakhir, Sahat dibebaskan dari kasus ini. Ada pula satu kasus Pancagila lainnya dengan pelaku GP dari Kalbar (2019) yang kabarnya diamankan polisi.

Menilik aneka kasus di atas dengan penyelesaiannya yang beraneka ragam entah memuaskan semua pihak atau tidak, pada akhirnya, Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa dan dasar negara memang tak selayaknya dipergantikan atau diparodikan seenaknya. Lagipula, sudah berpuluh tahun lamanya Pancasila berhasil menjaga keharmonisan negeri ini dengan segala agama, suku, ras dan kebudayaannya. Setiap kata yang tersusun tentunya telah terpilih dengan sangat hati-hati dan teliti. Jadi, masihkah kita perlu memperdebatkannya, apalagi menjadikannya sebagai bahan sindiran atau plesetan?

Dengan alasan apapun, kita patut kawal Pancasila dan melaksanakannya dengan penuh syukur dan keluhuran, bukannya memutar balik kata apalagi menjadikannya sebuah meme atau dagelan. Jangan sampai kalah dengan anak kelas satu SD yang menghafalkannya dengan susah payah sampai ngelotok, terutama sila keempat yang panjang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun