Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ketika Pancasila "Diplesetkan" Sana-sini...

18 Desember 2020   15:15 Diperbarui: 21 Desember 2020   11:00 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pancasila dari Minews.net

Satu lagi yang masih terngiang,  status Facebook Sahat, asal Sumatera Utara (2016) yang mengubah Pancasila jadi Pancagila.

Dalam status Facebook-nya, Sahat menulis "Pancagila" dilengkapi dengan definisi sebagai berikut:

1. Keuangan Yang Maha Kuasa.
2. Korupsi Yang Adil dan Merata.
3. Persatuan Mafia Hukum Indonesia.
4. Kekuasaan Yang Dipimpin oleh Nafsu Kebejatan Dalam Persengkongkolan dan Kepurak-purakan.
5. Kenyamanan Sosial Bagi Seluruh Keluarga Pejabat dan Wakil Rakyat.

Kabar terakhir, Sahat dibebaskan dari kasus ini. Ada pula satu kasus Pancagila lainnya dengan pelaku GP dari Kalbar (2019) yang kabarnya diamankan polisi.

Menilik aneka kasus di atas dengan penyelesaiannya yang beraneka ragam entah memuaskan semua pihak atau tidak, pada akhirnya, Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa dan dasar negara memang tak selayaknya dipergantikan atau diparodikan seenaknya. Lagipula, sudah berpuluh tahun lamanya Pancasila berhasil menjaga keharmonisan negeri ini dengan segala agama, suku, ras dan kebudayaannya. Setiap kata yang tersusun tentunya telah terpilih dengan sangat hati-hati dan teliti. Jadi, masihkah kita perlu memperdebatkannya, apalagi menjadikannya sebagai bahan sindiran atau plesetan?

Dengan alasan apapun, kita patut kawal Pancasila dan melaksanakannya dengan penuh syukur dan keluhuran, bukannya memutar balik kata apalagi menjadikannya sebuah meme atau dagelan. Jangan sampai kalah dengan anak kelas satu SD yang menghafalkannya dengan susah payah sampai ngelotok, terutama sila keempat yang panjang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun