Masih sangat hangat kasus Pancasila Wakanda. Dimana isi Pancasila 'diplesetkan' hingga berbuntut Rahma Sarita si pengunggah didepak dari jabatannya sebagai staf ahli wakil ketua MPR dan juga dari  Partai yang diusungnya.
Demikian isi Pancasila versi Negara Wakanda yang dituliskan Rahma Sarita:
1. Ketuhanan yg berkebudayaan
2. Kemanusiaan untuk golongan sendiri dan tidak beradab untuk golongan lainnya
3. Perpecahan Wakanda
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh oligarki kekuasaan
5. Ketidakadilan sosial bagi yang bersebrangan dengan penguasa
Lambangnya burung empirit noleh ke kiri.
Sebenarnya bukan kali ini saja kasus Pancasila diplesetkan. Pada Kasus Rahma, ia berdalih bahwa itu hanya satire, dan negara yang dimaksud bukan Indonesia, melainkan Wakanda, negara fantasi dalam film Black Panther.
Masih sangat segar ada beberapa 'plesetan' lainnya, namun bernasib tak serupa. Izinkan saya mengingatkan kita kembali.
Beberapa bulan silam saat heboh demo Omnibus Law RUU Cipta kerja, kembali viral video singkat seorang mahasiswi asal Sulawesi bernama Sasa berorasi lantang dengan menyebutkan plesetan Pancasila menjadi Pancasalah.
"Negara kita yang katanya negara Pancasila, sekarang menjadi negara pancasalah. Satu, ketuhanan yang maha hormat. Dua, kemanusiaan yang adil bagi para birokrat. Tiga, persatuan para investor. Empat, kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat penindasan dalam permusyawaratan diktatorian. Lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat kelas atas," katanya.
Berbeda nasib dengan Rahma Sarita, Sasa dipuji banyak netizen sebagai wanita berani, cantik, dan lain sebagainya. Bagi Sasa menjadi viral adalah sebuah konsekuensi. Sepertinya juga, tak ada yang mempermasalahkan Pancasalah-nya Sasa. Menurutnya, ini adalah sebuah kritikan, bukan mengubah isi Pancasila yang sebenarnya.
Demikian pula ada kasus Trisila dan Ekasila yang sempat heboh, sempat dikira sebagai upaya mengganti Pancasila dari sebuah RUU atau diusung oleh Partai Politik tertentu, ternyata sejatinya adalah konsep yang bersama Pancasila digagaskan Bapak Proklamator Ir. Soekarno. Dimana konsep itu akhirnya tak terpilih, dan akhirnya kita kenal Pancasila yang sekarang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!