Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

One-on-One Tetap Pilihan Terbaik, karena...

16 Desember 2020   16:40 Diperbarui: 16 Desember 2020   19:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuatu yang tak dapat dipungkiri, Tuhan YME begitu menyukai angka 2. Dua, adalah angka ajaib yang mempesona.

Dua adalah kebanyakan wujud dari segala yang bertentangan, berseberangan, maupun saling melengkapi. Sangat banyak contohnya. Kiri dan Kanan, Siang dan Malam. Utara dan Selatan. Barat dan Timur. Kegelapan dan Terang. Hidup dan Mati. Laki-laki dan Perempuan.

Banyak yang bertanya-tanya, mengapa hanya sepasang suami-istri monogami yang kemungkinan besar akan benar-benar bahagia dalam pernikahan mereka? Mengapa sangat banyak yang penasaran dengan poligami, poliandri, dengan lebih dari 2 orang melawan 1, yang konon takkan pernah benar-benar mencapai win-win solution yang 100 persen sempurna. Adil, istilah populernya.

Secara logika, pada awalnya segala yang lebih banyak akan terlihat lebih wow, hebat, enak, praktis, dan "memuaskan." Semisal manusia mengeluh, "Mengapa saya hanya diciptakan bertangan/lengan 2?

Seandainya tangan/lengan saya seperti "tangan/lengan" gurita, ada 8, kan enak, bisa mengerjakan banyak hal sekaligus. Masak, menulis, main sosmed, main game online, makan, momong bocah, baca buku, godain suami."

Tetapi, coba bayangkan bila manusia betul-betul bertangan 8. Akan terasa ribet sendiri. Apalagi bila melakukan "everything at once". Belum lagi pakaian yang Anda harus pakai harus berlubang 10. Mengapa 10? coba dihitung sendiri saja.

Kembali ke masalah jodoh. Sepasang manusia ibarat sepasang sepatu, yang harus sama besar, seimbang, agar dapat berjalan dengan sempurna. Ibarat sepasang sumpit, dimana untuk menjepit makanan harus bekerjasama dan tak mungkin bisa hanya sebelah saja (kecuali jika Anda tusuk makanannya). Ibarat sepasang tangan yang bertepuk, tak mungkin bersuara bila hanya sebelah saja.

Tanpa bermaksud menyinggung pihak manapun, pertimbangkanlah baik-baik untuk hanya memberi diri bagi satu orang saja untuk seumur hidup Anda. Karena hati dan tubuh hanya ada satu, dan hidup hanya satu kali, dan 1+1 = 2, double happiness.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun