Dengan berkembangnya tren makanan dan minuman sehat di Indonesia, berbagai produk terkait mulai dapat kita jumpai dengan mudah di keseharian.
Salah satunya adalah teh hijau Jepang yang dikenal dengan berbagai sebutan, seperti Ocha, Sencha, dan Matcha. Meskipun di sini semua itu sering kali dicampuradukkan untuk mengacu pada produk teh yang diimpor dari Jepang atau produk teh yang diolah dengan cara seperti di Jepang, tiap-tiap istilah tersebut sebenarnya merujuk pada jenis teh tersendiri. Berikut penjelasannya.
Di luar Jepang, istilah ini juga digunakan untuk menyebut teh hijau, namun umumnya untuk produk impor dari Jepang.
Kocha (紅茶) berarti "teh merah" atau teh hitam. Jenis teh ini mengalami proses fermentasi dan oksidasi yang sempurna sebelum dikeringkan, yang memberikan warna khasnya.
Meskipun teh hitam umum dikonsumsi di berbagai negara, Kocha relatif jarang ditemukan di Jepang, biasanya pada restoran menu Eropa, untuk turis, dan produk ekspor.
Meskipun populer di Jepang, oolong sendiri berasal dari China dan hingga kini sebagian besar varietas dan produknya masih diimpor dari sana dan juga Taiwan.
Karena teh jenis ini merupakan teh yang pertama dan paling sering dikonsumsi di Jepang, terdapat berbagai macam teh hijau di Jepang yang memiliki bahan dan cara pengolahan masing-masing.
Meskipun setiap daerah memiliki karakteristik teh yang unik, yang juga ditentukan musim pemetikan, karakteristik umumnya adalah:
- Teh dari Shizuoka memiliki rasa dan aroma yang kuat.
- Teh dari Kagoshima memilki rasa yang kaya dan aroma yang samar.
- Teh dari Kyoto berwarna emas dan memiliki rasa yang menyegarkan dan halus.
Jenis teh hijau sendiri ada bermacam-macam.
1. Sencha
Sencha (煎茶) merupakan teh standar di Jepang dan mewakili 80% dari teh hijau yang diproduksi disana. Daun teh dipetik sepanjang musim dan dikukus untuk mencegah fermentasi dan perubahan warna, lalu dikeringkan sambil digulung. Hasilnya adalah teh yang memiliki aroma yang khas dan tidak terlalu pahit.
Ada pula Shincha (新茶) atau Ichibancha (一番茶) yang merupakan Sencha yang dipetik pertama dalam setahun.
Gyokuro (玉 露) yang berarti "embun giok" atau "embun permata". Jenis teh ini merupakan salah satu teh bermutu tertinggi di Jepang dan karenanya tergolong salah satu jenis teh hijau termahal. Tanaman teh yang akan digunakan sebagai bahan ditanam di tempat yang teduh selama paling tidak tiga minggu sebelum dipanen.
Akibatnya kandungan theanin dan kafein pada teh jenis ini meningkat dan menyebabkan rasa teh menjadi sedikit manis dan memberi aroma yang khas. Penyajian Gyokuro juga cukup berbeda dengan jumlah teh yang diseduh lebih banyak, temperatur penyeduhan yang rendah, dan waktu penyeduhan yang lebih lama.
Selain itu, ada pula jenis teh hijau lain di Jepang yang proses pembuatannya cukup mirip, yaitu Kabusecha (かぶせ茶). Bedanya, waktu penutupan tanaman teh yang akan digunakan untuk Kabusecha lebih singkat yaitu sekitar satu minggu.
Kukicha (茎茶) atau Bocha(棒茶), juga umum disebut sebagai teh ranting berasal dari campuran batang, tangkai, dan ranting. Kukicha berasal dari batang dan Bocha berasal dari ranting, keduanya juga disebut sebagai Karigane (雁ヶ音)Kukicha unik dibandingkan teh hijau lainnya karena tidak berasal dari daun teh itu sendiri. Karenanya, Kukicha memiliki rasa yang manis dan ringan serta secara alami rendah akan kafein.
Bancha (番茶) yang proses pembuatannya masih terkait dengan Gyokuro dan Sencha.
Meskipun seringkali dipetik dari tanaman yang sama dengan keduanya, Bancha berasal dari tahap kedua pemanenan daun teh di antara musim panas dan musim gugur, dan menghasilkan teh dengan mutu lebih rendah. Namun demikian, Bancha tetap diminati karena rasanya yang unik serta dapat menjadi bahan bagi jenis teh berikutnya.
Konacha(粉茶) atau teh kuncup adalah teh yang berasal dari kuncup, daun kecil, serta serbuk yang berasal dari pembuatan Gyokuro atau Sencha.
Konacha umum disajikan di restoran sushi biasa. Mutu teh ini lebih rendah dibandingkan Sencha, namun karena rasanya lebih kuat cocok digunakan dalam memasak.
Hojicha (ほうじ茶) adalah teh yang cukup berbeda dengan yang sebelumnya karena tidak dikukus, melainkan dipanggang. Daun teh yang digunakan untuk membuatnya umumnya berasal dari Bancha, namun juga dapat berasal dari Kukicha dan Sencha.
Akibat pemanggangan, Hojicha tidak terlalu sepat, rendah kafein, serta memiliki rasa yang sedikit manis seperti karamel.
Genmaicha (玄米茶) yang juga dikenal di negara lain sebagai "teh popcorn" atau "teh beras merah" adalah jenis teh yang merupakan campuran teh hijau (Umumnya Sencha) dengan beras merah (Genmai) yang dipanggang.
Terkadang bubuk Matcha ditambahkan pula pada Genmaicha. Adanya beras merah dalam teh tersebut menyebabkan rasa dan aroma teh ini khas dan mirip kacang. Di Korea juga dikenal minuman yang menyerupai jenis teh ini, yaitu Hyeonmi-cha (현미차) namun hanya terbuat dari beras merah tanpa teh hijau.
Teh Melati atau Jasmine Tea yang umum dikonsumsi di Indonesia juga ada di Jepang, dengan nama Jasmine-cha(ジャスミン茶). Jenis teh ini umum diminum di daerah Okinawa namun jarang ditemukan di daerah lain.
Yang terakhir dari golongan teh hijau adalah Matcha(抹茶). Jenis teh yang ini dapat dikatakan sebagai teh Jepang yang paling populer di negara lain dan memulai tren konsumsi teh hijau, sedangkan di Jepang sendiri teh ini memiliki sejarah panjang yang masih terus berkembang hingga kini, dari upacara teh tradisional hingga inovasi produk yang menggunakan matcha sebagai bahan perasa dan pewarna.
Produksi Matcha mirip dengan Gyokuro, namun daun dikeringkan tanpa digulung, yang menghasilkan Tencha (碾茶). Tencha lalu ditumbuk hingga menjadi bubuk yang dikenal sebagai Matcha.
Terdapat tiga kelas mutu pada Matcha dengan faktor yang menentukan yaitu lokasi penanaman, perlakuan sebelum produksi, penggilingan, serta oksidasi. Tingkatan kelasnya dari atas ke bawah yaitu kelas upacara, kelas premium, dan kelas memasak.
Secara tradisional, Matcha dapat disajikan dengan kental atau cair. Alat yang digunakan terdiri atas sikat kecil (chasen),mangkuk (chawan) dan sendok kayu (chashaku).Matcha umumnya disajikan dengan Wagashi(和菓子)yang merupakan kue tradisional Jepang namun tidak dicampur dengan gula atau susu.
Konbucha dibuat dengan menyeduh rumput laut Kombu (Famili Laminariaceae) yang dikeringkan di air panas. Rasa teh ini dapat dikatakan asin dan berbeda dengan jenis teh lain yang telah disebutkan di atas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI