Mohon tunggu...
Randi Pratama
Randi Pratama Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Penggemar Tafsir Qur'an, Intuitif, Sufistik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sifat Wanita | Wanita Itu Seperti Lebah

16 April 2020   12:41 Diperbarui: 8 Februari 2023   16:39 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda tau lebah? Iya lebah, yang hidupnya membuat sarang di atas pohon. Dalam satu sisi lebah menghasilkan madu yang manis dirasa, bahkan menjadi obat dari pelbagai penyakit. Di sisi lain, jangan coba-coba mengusik perasaan lebah. Jika si lebah merasa terganggu atau terusik, kamu jangan lari, nanti malah dikejar. Sebaiknya diam saja di tempat, si lebah takkan menyentuhmu, karena dia akan menganggapmu sebagai patung yang diam membisu.

Begitu halnya dengan wanita, jika ia sedang senang, maka dia akan mengekspresikan cinta. Tetapi jika perasaannya tersinggung atau tersakiti, sengat wanita lebih menusuk ke dalam hati daripada sengatnya lebah.
Hahaha ada-ada saja ya.

Ada orang yang berasumsi begini: "mencintai wanita itu buat sengsara!".
Bukan begitu bro. "mencintai wanita yang dia tidak mencintaimu, itulah kesengsaraan yang nyata".

Sungguh, Maha Besar Tuhan yang menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Langit berpasangan dengan bumi, malam berpasangan dengan siang, air berpasangan dengan api.
Cobalah sebentar saja kita merenung. Hakikatnya, Jika sesuatu yang disebutkan di atas tadi dipasang-pasangkan, sepertinya tidak akan pernah menyatu sampai kapanpun. Langit takkan pernah menyatu dengan bumi. Siang takkan pernah menyatu dengan malam. Begitupun air, takkan pernah menyatu dengan api.
Tapi apa yang menyatukan mereka? Jawabannya: Visi. Iya, yang biasa kita sebut sebagai tujuan.

Langit dan bumi memiliki satu visi yang sama, yaitu menumbuhkan tumbuhan di bumi lewat hujan. Siang dan malam mempunyai satu visi, yaitu mengomplekskan kegiatan manusia lewat matahari; ketika siang mereka bekerja, ketika malam mereka beristirahat. Sedangkan air dan api memiliki satu visi, menghilangkan dahaga manusia dari air yang mereka masak.

Jadi, fitrahnya manusia diciptakan berpasang-pasangan. Berpasangan bukan berarti harus sama segalanya; Sifatnya harus sama, sikapnya harus sama, hobinya harus sama, kepintarannya harus sama, pengetahuan agamanya harus sama. Bukan begitu!
Tetapi, kesamaan visi, kesamaan tujuan. Itulah yang terpenting. Karena pada hakikatnya, pernikahan itu menyatukan dua orang yang berbeda, yaitu: pria dan wanita, yang jenisnya berbeda, sifatnya berbeda, kebiasaannya berbeda, kesukaannya berbeda, dan masih banyak lagi. Tetapi, mereka dipersatukan oleh visi dan tujuan lewat sebuah pernikahan.

Jadi berhentilah bersikap ego terhadap pasanganmu. Bersikaplah apa adanya, terimalah pasanganmu dengan segala kekurangannya. Tidak ada yang lebih manis rasanya daripada seorang kekasih yang memahami perasaan kekasihnya. Biarlah kekasihmu menjadi lebah dan kamu menjadi bunganya, agar yang dihasilkan adalah madu yang menebar kebermanfaatan.

Sekian...

Bebas membagikan tulisan ini, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun