Cinta adalah misteri yang tidak pernah ada akhir kisahnya, meskipun seorang kekasih telah di tinggalkan sang pujaan hatinya, akan ada cara lain untuk mengabadikan cinta itu sendiri, atau bisa saja di dalam diri kekasih yang di tinggalkan tumbuh benih cinta baru yang objeknya berbeda dari sebelumnya.Â
Tapi kita sepakat, soal cinta pasti membutuhkan sekelumit waktu. Tidak serta-merta anda langsung jatuh cinta kepada lawan jenis begitu saja iya kan?, Pasti ada awal mula kisahnya maupun sebuah tragedi manis yang mendahului tumbuhnya benih cinta itu sendiri.
"Tiba-tiba mencintai itu cinta buta, gula Jawa rasa coklat, dunia rasa daun kelor." Begitulah kira-kira kata pepatah.
Nah penasaran kan?. Hemat kata, di sini penulis akan memaparkan fase-fase dalam mencintai, agar pembaca dapat mengetahui bagaimana perilaku seseorang yang benar-benar tulus mencintainya.
1. Kagum
Seseorang yang sedang mencintaimu, pasti ia selalu di landa kekaguman yang dahsyat. Rasa kagum ini sangat mendalam, muncul pertama kali melalui pertemuan di dunia nyata maupun di dunia maya.Â
Rasa kagum ini akan mengobrak-abrik jiwanya, dia ingin sekali mengetahui semua tentangmu, mulai dari pertanyaan : nama lengkap, kemudian tanggal lahir, alamat rumah, hobi, makanan kesukaan, sekolah dimana, dan lain sebagainya. Sampai-sampai ia akan meminta nomor handphone mu. Nah, dari sisi kekaguman ini, dia akan terus berusaha terhubung dengan mu. Nanti akan muncul rasa condong hanya kepadamu, tidak sedikitpun melirik kepada yang lain.
Misal, Kita mencintai Baginda Nabi besar Muhammad SAW, padahal kita belum pernah melihatnya, kita belum pernah memandangnya, berjumpa di alam nyata pun tak pernah sama sekali, tapi cinta ini menggebu-gebu membuat segenap jiwa ingin bertemu dengannya ; itu karena cinta yang membara di selimuti rasa kekaguman yang dahsyat akan akhlak beliau yang seperti Al-Qur'an Al-Karim.
Maka tidak mungkin seorang lelaki mencintai wanita karena dia biasa-biasa saja baginya. Pasti ada sisi keistimewaan tersendiri yang memancing tumbuhnya benih-benih cinta itu sendiri.
2. Condong
Ketika seseorang sedang mencintaimu, maka seindah apapun kamu menceritakan tentang temanmu atau wanita selain mu kepadanya, maka ia tetap teguh pada pilihan hatinya, yaitu tetap mencintai kamu. Rasa condong kepada kekasih ini tidak di buat-buat, melainkan tumbuh dari benih cinta yang dulu ia pupuk melalui rasa kekaguman.
"Sehebat apapun ia berpaling darimu, maka segagal itu pula ia tak bisa jauh darimu". Begitulah kira-kira kebaperan yang pernah penulis rasakan. Hehehe hanya bercanda.
Nah, dari kecondongan ini ia akan berani mengambil keputusan dan mengatakan kepastian cintanya kepada mu.
3. Mengambil keputusan mencintai
Di sinilah titik terberat yang akan di alaminya di akhir nanti, entah itu kebahagiaan, ataupun kekecewaan yang ia dapat. Benar-benar tidak mudah mengambil keputusan cinta, apalagi dia sesungguhnya tidak tahu, apakah benar kamu mencintai nya dengan tulus seperti ia mencintai mu ? Atau justru sebaliknya. Karena alhasil di akhir adalah antara kebahagiaan dan penyesalan yang akan ia tanggung sendiri.
Maka berilah ia waktu untuk mempertimbangkannya matang-matang. Apalagi soal ini sudah beranjak pada fase keseriusan, yakni menuju jenjang ikatan pernikahan, yang di mana disinilah titik awal bahtera kehidupan nan panjang akan di nahkodai bersama-sama.
4. Mengabadikan cinta dengan pernikahan
Setelah tahap demi tahap di lalui, dari mulai munculnya rasa kagum, kemudian condong, lalu memutuskan untuk mencintai, maka tahap yang terkahir adalah bagaimana caranya mengabadikan cinta suci tersebut.
Ya Betul, pernikahan lah jawabannya. Pernikahan adalah dambaan setiap insan ; karena berkat pernikahan, maka sempurnalah separuh agamanya. Dengan pernikahan sepasangan kekasih akan saling bersepakat untuk bergerak maju menuju arah yang lebih baik.
Sejatinya cinta di dalam pernikahan ibarat pendidikan. Kamu belum mencintai pasanganmu jika dirimu tidak mau dididik olehnya. Di bawah naungan lembah cinta, dua insan yang saling mencintai berusaha agar sama-sama berkembang, dan juga membantu satu sama lain untuk terus berkembang. Artinya ; untuk mewujudkan hal itu, maka kamu perlu hidup dengan orang yang memiliki segala kualitas yang belum kamu miliki, untuk melengkapi bagian-bagian yang di perlukan untuk terus berevolusi.Â
Jadikanlah dirimu sebagai pakaian bagi pasanganmu, yang mengetahui segala kekurangannya hanyalah dirimu ; oleh karenanya tidak ada sepasang kekasih di dunia ini yang sempurna, tutupilah kekurangannya, dan jadilah pelindung baginya.
Maka dia yang benar-benar tulus mencintaimu adalah dia yang mengajakmu mengabadikan cinta dengan pernikahan, bukan dengan pacaran.
Penulis berpesan agar teman-teman tidak salah kaprah dalam mengaplikasikan cinta sebelum ada ikatan yang sah. Mencintai itu tidak di salahkan dan tidak di larang, tapi melakukan perbuatan salah atas dasar cinta, itu yang di larang.
"Cinta adalah rumah, maka ia pantas untuk menunggu penghuni yang tepat agar bisa merawatnya dengan baik".
So stay calm, and be a good moslem ;)
Bagikan tulisan ini jika bermanfaat.
Silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar.
Terimakasih, Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H