Lain halnya pada tingkat memproduksi pikiran. Apakah bagi mereka yang mengkonsumsi makanan dan jabatan berlebih, juga mampu menghasilkan pikiran berlebih? Apakah mereka yang berada di jalur kemiskinan, mampu memaksimalkan pikirannya?Â
Hal ini menjadi keprihatinan bersama, yaitu bahwa kesejahteraan dan kecerdasan warga negara merupakan fondasi utama untuk menuju suatu negara yang baik(utopia). Dengan demikian, problem ini membawa kita pada diskusi yang mendalam tentang keadilan dan kemerdekaan berpikir. Dua hal tersebut selalu saling berkaitan.Â
Pada kemerdekaan berpikir kita diajak tenggelam bersama dalam segala problem ketidakadilan. Pada keadilan, kita terus dituntun untuk selalu menuju pada suatu kemerdekaan.Â
Demi hal itu, kita membutuhkan filsafat. Sebab filsafat memberi ruang percakapan terhadap kondisi-kondisi filosofis yang terjadi. Dengan harapan bahwa, selalu ada yang baru di depan. Karena itu, dalam filsafat, kemungkinan adalah sahabat dan ketidakmungkinan adalah musuh yang harus dilawan.
Saya simpulkan begini: cara berpikir filsafat adalah cara berpikir yang radikal: tentang keadilan, kekuasaan, kemerdekaan, dan kebenaran. Filsafat memberi setia terhadap setiap peristiwa.Â
Dengan demikian, seluruh peristiwa filsafat adalah peristiwa yang memurnikan. Artinya, sebuah peristiwa filsafat merupakan ledakan kebenaran yang membakar sejarah, lantas menimbulkan permulaan yang samasekali baru.
Selamat hari filsafat sedunia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H