Dalam Bahasa Itali, La Vita e Bella diartikan sebagai Life is Beautiful, yang diartikan dalam Bahasa Indonesia pun memiliki arti "Hidup itu Indah".
La Vita e Bella juga adalah sebuah judul film yang berasal dari Italia, pada tahun 1997, yang berceritakan tentang seorang Yahudi Italia, yang di mana ia harus menggunakan imajinasinya untuk menolong keluarganya di Kamp Nazi.
Tapi tidak, yang akan ditulis di sini bukan tentang film, tapi tentang bagaimana kita memandang bahwa hidup ini indah.
Bagaimana sebenarnya kita memandang hidup ini?
Kita selalu merasa bahwa tujuan hidup adalah untuk bahagia, agar tahu kenapa Tuhan mengirimkan kita ke dunia ini, agar tahu bahwa alam semesta ini indah dengan segala isinya.
Tapi bukannya hidup bukan melulu tentang hal yang senang-senang?
Dalam hidup kita pasti akan bertemu dengan intrik, rintangan, maupun masalah yang sebenarnya kadang tidak kita harapkan untuk hadir di hidup kita.Â
Lalu, bagaimana ketika rintangan itu datang? Sebagai mahluk yang memiliki akal kita pasti akan mencari solusi dari rintangan tersebut.
Dan, bagaimana kita memandang suatu masalah yang hadir di sekitar kita? Kadang kita menyimpan itu di lubuk hati paling dalam, menganggap masalah itu adalah penderitaan yang tak akan pernah kita keluarkan lagi dalam hati tersebut, sebisa mungkin kita kubur masa lalu apa yang kita anggap sebagai masalah tersebut.
Tapi, satu hal.
Bukannya masalah dalam hidup kadang adalah pelajaran yang tak pernah kita dapatkan di bangku sekolah manapun?
Bukankah masalah keluarga, percintaan, keuangan, yang terkadang tidak pernah diajarkan di sekolah akan menjadi ilmu yang mahal di kemudian hari?
Sebaik-baiknya rintangan dan masalah, harus di pandang sebagai sarana penimba ilmu yang tak akan diajarkan oleh siapapun di dunia ini? Karena menurut pepatah ialah "Guru terbaik adalah Pengalaman".
Masalah ini bisa muncul dan menggagalkan kita dalam mencapai tujuan, seperti kata orang-orang bijak:
"Manusia boleh berencana, tapi Tuhan yang menentukan."
Terkadang, Tuhan juga mengingatkan hambanya dengan cara lain, tidak semua yang kita mau akan menjadi milik kita.
Apa yang sudah ditadirkan untuk tidak menjadi milik kita, tujuan kita, dan cita-cita kita, tidak semuanya keinginan manusia bisa dipenuhi oleh hidup ini.
Pada akhirnya, Tuhan selalu punya cara untuk mengingatkan hamba-Nya, bahwa kita hanyalah mahluk kecil yang tidak mempunyai kekuatan yang besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H