Mohon tunggu...
Rana Zharifah Zahra
Rana Zharifah Zahra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Saya pribadi yang suka mengeksplor mengenai kesehatan, science, perternakan, dan pertanian

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Indonesia Kembali Gempar PMK! Peran Mahasiswa, Dosen, dan Alumni Fakultas Kedokteran Hewan Sangat Diperlukan

1 Juni 2022   12:06 Diperbarui: 1 Juni 2022   15:06 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia kembali dinyatakan siaga Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) setelah kurang lebih 35 tahun dinyakatan bebas PMK sejak tahun 1990. PMK pada tahun 2022 ditemukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya pada 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto. Hal tersebut diperkuat dengan surat Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Indyah Aryani ditujukan kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada 5 Mei 2022 disesuaikan dengan surat Kepala Pusat Veteriner Farma No. 05001/PK.310/F4.H/05/2022 tanggal 5 Mei 2022 mengenai Jawaban Hasil Uji Sampel Suspek PMK.

Hasil uji sampel dilaporkan sebanyak 402 ekor sapi ternak potong tersebar di 5 kecamatan dan 22 desa di Kabupaten Gresik pada 28 April 2022 memiliki tanda klinis PMK. Selanjutnya, kembali dilaporkan sebanyak 102 ekor sapi ternak potong tersebar 3 kecamatan dan 6 desa di Kabupaten Lamongan kemudian 595 ekor sapi ternak potong, sapi perah, dan kerbau tersebar 11 kecamatan dan 14 desa di Kabupaten Sidoarjo pada 1 Mei 2022 dinyatakan memiliki tanda klinis PMK. Pada 3 Mei 2022, kembali dilaporkan kembali di Kabupaten Mojokerto sebanyak 148 ekor sapi ternak potong tersebar 9 kecamatan dan 19 desa memiliki tanda klinis PMK.

Tindakan Pengendalian dan Pencegahan PMK di Jawa Timur

Dalam pengendalian PMK, Pemprov Jawa Timur melakukan sejumlah langkah tepat dan sturktural, yaitu (1) Melakukan koordinasi dengan Balai Besar Veteriner (BBVET) sebagai laboratorium pengunjian dan Pusat Veteriner Farma (PUSVETMA) sebagai laboratorium rujukan PMK, (2) Bersama tim kabupaten melakukan kegiatan simtomatis pada ternak yang telah terpapar untuk mengurangi potensi panic selling,  (3) Kolaborasi BBVET dan PUSVETMA dalam melakukan pengambilan sampel untuk peneguhan diagnosa, (4) Melakukan surveillance epidemiology untuk menentukan luasan sebaran dan jumlah ternah terancam, dan (5) Membuat surat edaran kewaspadaan dini kepada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur mengenai potensional PMK.

Selain tindakan pengendalian dari Pemprov Jatim, mahasiswa, dosen, dan alumni Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) juga ikut serta terjun. Hal tersebut dibuktikan dengan Tim Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR melakukan kunjungan di Guest House rumah dinas bupati kabupaten Lamongan, Sabtu (14/05/2022) yang dipimpin oleh Prof. Fedik Abdul Rantam untuk memberikan edukasi dan contoh penanganan kasus PMK di lapangan.

"Rencana kami nanti dari tim bahwa kita serentak menyebar ke kecamatan yang terjangkit PMK berdasarkan data. Harapan kami, kasus ini secepatnya mungkin di-eliminated sehingga jangan sampai menyebar ke kambing dan domba. Hal tersebut yang akan kita cegah" ungkap Prof. Fedik.

Selanjutnya, dosen Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR, Drh. Emy Koestanti Sabdoningrum, M.Kes. "Terdapat banyak gejala yang bisa mengarah pada PMK diantaranya demam tinggi pada hewan ternak, hewan ternak mengalami pincang, napsu makan menurun, napas terengah-engah, dan kasus parah ketika hewan ternak tiba-tiba ambruk kemudian keluar liur berbusa dari mulutnya disertai busuk pada kaki dan kukunya" ungkap beliau saat pemaparan kasus pada mata kuliah Pengantar Ilmu Veteriner. Beliau juga memberikan pengertian dan arahan untuk melakukan pemberian antibiotik, vitamin, desinfektan, dan mengurangi aktivitas kunjungan kandang dari luar menjadi bentuk tindakan sederhana yang dapat dilakukan, "Tindakan tersebut efektif untuk penanganan sederhana dan mencegah penyebaran virus PMK" ungkap drh. Emy.

Untuk menjaga kesehatan hewan ternak maka peran mahasiswa, dosen, dan alumni Fakultas Kedokteran Hewan sangat penting dalam bentuk memberikan edukasi, contoh penanganan, atau melakukan pemeriksaan. Selain itu, sebaran dokter hewan disetiap kabupaten atau kota yang tergabung dalam PDHI sebagai ASN, praktisi mandiri, praktisi satwa liar, wirausaha bidang ternak, dan sapronak (sarana produksi ternak) turut membantu dalam pengendalian PMK. Oleh sebab itu, jika terdapat keluhan seputar hewan jangan takut untuk melaporkan kepada dokter hewan setempat. Salam Manusya Mriga Satwa Sewaka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun