Mohon tunggu...
Rania
Rania Mohon Tunggu... -

Sometimes a story writes itself - The Little Writer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Satu Suara Berjuta Telinga, Indonesia yang Luar Biasa

25 Juni 2017   06:39 Diperbarui: 26 Juni 2017   10:18 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era saat ini mengalami ledakan komunikasi luar biasa, revolusi industri komunikasi telah mendominasi dalam sektor kehidupan masyarakat. Begitu banyak media penunjang komunikasi, radio tak pernah kehabisan penggemar dari berbagai kalangan masyarakat. Tidak seperti beberapa puluh tahun lalu radio mencapai puncak keemasaanya. Akan tetapi di masa kini pun peran radio masih sangat dibutuhkan, menjadi pemecah keheningan saat berkendara dalam mobil, juga menjadi penghilang suntuk saat belajar maupun bekerja.

Sejak pasca tahun 1998 proses reformasi terus bergulir, keterbukaan informasi untuk publik mengalami perkembangan pesat. Semua media elektronik maupun cetak mempublikasikan beragam informasi yang diperlukan oleh masyarakat. Seiringin perjalanan waktu, media pun mengikuti kemajuan teknologi. Dari media elektronik seperti radio, televisi, maupun media cetak jumlahnya kian bertambah seolah berlomba-lomba siapa yang mendapat penggemar paling banyak dari berbagai kalangan masyarakat.

Bahkan kini, media sosial berbasis internet lebih mengambil peran menyampaikan informasi kepada masyarakat, kendati demikian radio tetap akan selalu dicari oleh penggemarnya.

Ketika mengetahui bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupaya melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan budaya siaga bencana melalui radio, tentu saja akan mendapatkan respon positif oleh masyarakat, khususnya para penggemar radio sejak dulu. 

Begitu banyak pertimbangan yang dapat menjadikan pengajuan untuk melakukan edukasi melalui radio.

Mudah ditemukan, siapa kira bahwa sebenarnya radio selalu ada disekitar kita tanpa disadari? Ya! Umumnya ketika berkendara dengan mobil, pasti suara penyiar radio menjadi salah satu pemecah bongkahan es yang menyelimuti keheningan di dalam mobil. Apalagi jika penyiar radio tersebut memutar lagu kesukaan dan sangat cocok dengan situasi hati pendengar, tak hanya lagu namun berbagai informasi yang sangat dibutuhkan seperti kemacetan, tutup-buka jalan, aksi demo dan aktifitas lalulintas lainnya. Tidak hanya radio di mobil saja, namun radio pada masa kini sudah mengalami banyak modifikasi. Radio berbasis aplikasi bagi smartphone adalah salah satunya. 

Jadi, ketika BNPB melakukan sosialisasi untuk meningkatkan budaya siaga bencana melalui radio, wahh.. Tentu sangat bermanfaat! Yang perlu diperhatikan adalah penyampaian clip siaran sosialisasi tersebut agar dikemas dengan menarik. Memperhatikan durasi siaran, karena ketika durasinya terlalu lama tentunya akan membuat bosan, and then para pendengar akan mengganti saluran radionya. Durasi yang tepat sekitar satu sampai dua menit per clip dengan gaya penyiar yang easy listening akan memudahkan pendengar untuk memahami sosialisasi dari BNPB tersebut. 

Ketenaran sandiwara radio, siapa angkatan 90an yang tak kenal acara “Serial Saur Sepuh”? Hmm.. Di masa lalu sandiwara radio begitu membumi dengan “Serial Saur Sepuh” yang menjadi andalannya. Ketika masa itu, memang sarana hiburan masih terbatas dan radio menjadi pilihan yang begitu tepat. Nah, karena itulah sandiwara radio begitu melekat pada hati dan pikiran masyarakat sampai saat ini.

Sothat’s the opportunity bagi BNPB mencoba sosialisasi siaga bencana lewat sebuah sandiwara radio. Salah satu cara menarik penggemar adalah dengan menetapkan sasaran pendengar yang tepat, setelahnya barulah menyusun sandiwara yang pas dengan sasaran pendengar yang dituju.

Bagaimana?

Menentukan waktu penyiaran yang tepat. Jika penyiaran saat pagi hari, sasaran yang dituju cukup terbatas seperti kaum ibu yang memutar radio sambil membereskan rumah. Sementara ketika penyiaran di malam hari, sasaran pendengarnya akan lebih luas dari berbagai kaum. But, that’s not a limit, BNPB bisa saja melakukan penyiaran dengan waktu yang berbeda. Boleh pada pagi hari maupun malam hari.

Media terpercaya, pada saat ini begitu banyak media informasi yang memberikan berbagai informasi tanpa memperjelas kebenarannya. Begitu banyak hoax yang beredar menumbuhkan kontroversi dalam masyarakat. Istilah “koran abal-abal” sudah marak beredar, begitupun aneka acara televisi yang sungguh memprihatinkan, yang selalu dipenuhi dengan hal “diluar logika.” Juga berita televisi yang masih diambang kebenaran, hanya mementingkan kepemilikannya saja. 

Media sosial berbasis internet jauh lebih miris lagi. Informasi yang beredar sangat jauh dari fakta yang ada. Akibatnya pembaca seringkali keliru dan salah paham mengenai informasi yang dibaca. Dengan BNPB menjadikan radio sebagai media utama dalam penyampaian sosialisasi siaga bencana, dapat menjadi acuan bagi masyarakat agar lebih bijak dalam menggali informasi dan memperhatikan segala aspek untuk mendapat kebenaran dari informasi tersebut.

Efisien biaya, ya! Untuk yang satu ini tidak perlu diragukan lagi. Jika dibandingkan dengan begitu membuminya berbagai media komunikasi dan informasi saat ini, jelas saja radio termasuk media yang terhitung hemat biaya. Untuk mendapatkan informasi terpercaya juga mudah dipahami dengan ongkos yang terjangkau, radiolah pilihan yang tepat. Oleh karenanya, radio dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial. Jadi, masyarakat di daerah atau terpencil sekalipun, tak perlu khawatir tidak dapat menikmati perkembangan informasi yaa..

Dengan memanfaatkan kelebihan radio yang satu ini, sosialiasasi siaga bencana yang digagaskan oleh BNPB dapat dinikmati oleh seluruh bagian masyarakat, tidak hanya sebagian saja. Ya! Satu lagi manfaat sebagai penunjang untuk mendapatkan sasaran penerima yang luas menjadi nilai plus dalam penyampaian informasi melalui radio.

Menghidupkan kembali budaya Indonesia kunoeitss.. tunggu dulu, bagaimana jika kita menghapuskan kata ‘kuno’ sehingga menjadi ‘menghidupkan kembali budaya Indonesia,’ budaya yang mana ya?

Satu suara berjuta telinga. Ya! Pada dasarnya Yang Maha Kuasa menciptakan manusia dengan begitu sempurna, dua telinga dan satu mulut. Hmm.. Tidak salah dong kalau kita mengartikan sebagai banyak mendengar dan sedikit berbicara? Yap! Satu, dua, bahkan sampai tiga penyiar, dengan berjuta-juta pendengar.

Dengan idea brilliant dari BNPB untuk melakukan sosialisasi siaga bencana melalui radio, tentu akan kembali menghidupkan budaya mendengar bagi masyarakat. Terasa sudah begitu lama kita tidak fokus dalam mendengar orang lain. 

Selain itu, BNPB akan mengemas sosialisasi siaga bencana melalui ‘Sandiwara Asmara Di tengah Bencana 2’ merupakan opsi yang tepat. Hal ini akan membuat sebagian masyarakat yang sempat merasakan era 90an kembali bernostalgia. Bukan hal yang tabu bila segala sesuatu kini perlu sedikit bumbu-bumbu romantisme, ada kalimat mengatakan:

Cinta adalah hidup.

Dengan adanya unsur asmara dalam sosialisasi siaga bencana yang disebarkan melalui radio, secara diam-diam tentu akan menumbuhkan semangat tersendiri dalam diri pendengar. Tak hanya itu, pendengar juga dapat memiliki daya imajinasi yang kreatif terhadap tokoh dalam sandiwara radio tersebut, seperti bentuk fisik, karakter, dan juga alur ceritanya. 

Mudah dipahami dan dibagikan, akan sangat efisien dan efektif apabila suatu edukasi disampaikan secara lisan. Jika dipertimbangkan dari berbagai aspek, penyampaian edukasi secara lisan dapat dipahami kapan dan dimana saja. Mendengarkan radio sambil menikmati pemandangan sekitar, mendengar radio sambil memasak, mendengar radio saat menyapu, bahkan saat memejamkan mata sekalipun dapat menikmati lantunan suara dari radio. Dewasa ini sudah banyak yang meinggalkan radio seiring perkembangan televisi.

Merupakan pilihan yang tepat apabila BNPB menjadikan radio sebagai media untuk mensosialisasikan siaga bencana. Selain mudah di akses, edukasi siaga bencana pun dapat dibagikan lagi secara lisan. Jadi, masyarakat dapat saling mengingatkan perihal siaga bencana tersebut. 

realtime.inasafe.org
realtime.inasafe.org
Upaya BNPB melakukan sosialisasi siaga bencana kepada masyarakat sudah seharusnya mendapat dukungan, mengingat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Indonesia yang begitu luar biasa rawan berbagai bencana yang kerap kali memakan korban jiwa. Hal-hal yang tidak diinginkan akibat bencana tersebut sebenarnya dapat dihindari apabila masyarakat lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan mengikuti perkembangan dengan benar.

Sejumlah gempa darat dengan kedalaman relatif dangkal bermunculan di sepanjang pertengahan hingga akhir Mei 2017. Mengutip dari Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sejumlah gempa tersebut bermunculan di daerah Teluk Bintuni, NTT, Sulawesi Tenggara, Sumba Barat, Aceh, dan Poso. Meskipun berskala rendah, namun gempa ini mengakibatkan kepanikan yang luar biasa bagi warga sekitar. Alangkah bijaknya jika warga mendapat sosialisasi mengenai siaga bencana, sehingga dapat memantau keadaan alam juga cara tanggap bencana tersebut, jadi dapat meminimalisir tingkat kepanikan yang dapat berujung memakan korban jiwa.

Demikian halnya dengan pemantauan kesehatan. Tidak hanya bencana alam saja yang perlu diperhatikan, begitupun bencana non-alam seperti wabah penyakit. Kementerian RI mengatakan penyakit flu burung menjadi penyakit yang patut diwaspadai pada tahun 2017. Penyakit yang disebabkan oleh virus strain H5 tersebut dianggap berpotensi menyerang masyarakat Indonesia pada tahun ini. Kemenkes juga mengingatkan perihal meningkatkan kewaspadaan dan juga ketanggapan masyarakat terhadap wabah penyakit ini.

Tidak ada yang bisa memprediksi sebuah bencana, tetapi kita bisa mempersiapkan diri untuk menghindari dan cekatan dalam menanggapi kemungkinan terjadinya sebuah bencana! Merubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat yang acuh tak acuh terhadap gejala bencana, dan memberikan pengarahan terbaik dalam mengatasi sebuah bencana. 

Terima kasih kepada BNPB yang selalu mengupayakan hal terbaik bagi masyarakat dalam menanggapi bencana. Dan kini BNPB kembali menggagaskan ide yang luar biasa bermanfaat. Dengan melakukan sosialisasi siaga bencana melalui radio, masyarakat akan sadar untuk lebih memperhatikan lingkungan sekitar, mengetahui apa saja yang diperlukan dan yang harus dilakukan ketika bencana yang tak terduga terjadi. That’s the pointMembangun budaya siaga bencana dalam masyarakat melalui radio.

Mengisi waktu luang dengan bekal edukasi dan sosialisasi melalui media lisan radio dengan pembawaan easy listening juga menghibur tentu hal yang sangat tepat. Sosialisasi siaga bencana oleh BNPB dengan merilis kembali sandiwara radio “Asmara di Tengah Bencana 2” sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat sudah patut mendapat apresiasi karena begitu kreatif, unik dan menarik. Ditambah dengan meet and greet aktor dan pengisi suara sandiwara ini ke beberapa daerah juga akan menambah nilai plus dalam kesuksesannya.

Untuk membangun Indonesia yang lebih baik dan melahirkan masyarakat yang berwawasan luas dengan memanfaatkan teknologi dengan bijaksana.

Jika bukan dengan upaya kreatif dari pemerintah Indonesia, juga peranan serta dukungan aktif masyarakat, siapa lagi?

Shared on Facebook 

Shared on Twitter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun