Mohon tunggu...
Rana Cahyarani
Rana Cahyarani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Halo sobat kompas! saya merupakan mahasiswi Universitas Airlangga yang sedang menempuh S1 dengan progam studi Bahasa dan Sastra Jepang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Film Barbie sebagai Wadah untuk Menyuarakan Nilai Feminisme

13 Juni 2024   01:26 Diperbarui: 13 Juni 2024   01:37 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dasarnya, feminisme merupakan suatu ideologi memberdayakan perempuan. Perempuan bisa menjadi subjek dalam segala bidang dengan menggunakan pengalamannya sebagai perempuan dan menggunakan perspektif perempuan yang lepas dari patriaki yang selalu beranjak dari perspektif laki-laki.  Nilai-nilai feminisme secara umum menekankan pada beberapa prinsip utama yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Nilai-nilai tersebut ialah, kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, penolakan terhadap stereotip gender, kesadaran dan identitas diri, solidaritas, dan interseksionalitas. Feminisme dianggap sebagai usaha pemberontakan kaum perempuan untuk mengingkari apa yang disebut sebagai kodrat atau fitrah perempuan, melawan pranata sosial yang ada, atau institusi rumah tangga, seperti perkawinan dan lain sebagainya (Fakih, 2007:81). Berdasarkan asumsi tersebut, feminisme tidak mudah diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, nilai feminisme disalurkan melalui ruang-ruang kehidupan, termasuk dalam karya  film. Film dijadikan salah satu media komunikasi massa dikarenakan film merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massa. Melalui film dapat menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan kehidupan disekeliling kita. Salah satunya, film Barbie sebagai wadah untuk menyuarakan nilai-nilai feminisme.

Film Barbie yang disutradarai oleh Greta Gerwig yang juga menyutradarai film Lady Bird dan Little Women, dua film yang mengandung nilai feminisme. Jadi, jangan heran apabila film Barbie juga mengandung nilai-nilai feminisme juga. Film Barbie memiliki karakter utama yang diperankan oleh Margot Robbie sebagai Barbie, Ryan Gosling sebagai Ken, America Ferrera sebagai Gloria, dan Ariana Greenblatt sebagai Sasha. Film Barbie berhasil menarik perhatian banyak khalayak selain karena pemain yang terkenal serta latar yang luar biasa indah. Dengan alur yang menceritakan kehidupan para Barbie dan Ken di Barbieland (dunia Barbie) yang sangat berbanding terbalik dengan dunia nyata manusia. Barbie merupakan simbol harapan para perempuan di seluruh dunia. Di Barbieland semua profesi dimiliki oleh para Barbie (perempuan) sedangkan, di kehidupan nyata manusia kebanyakan pekerjaan dimiliki oleh para laki-laki. Selain itu, di film Barbie juga menunjukkan hubungan antara anak perempuan dengan ibu dan kehidupan motherhood. 

Di dalam film Barbie terdapat poin-poin unsur feminisme, yaitu :

Penggambaran feminisme dalam dunia Barbie

Di dunia Barbie digambarkan sebagai masyarakat matriarkal, di mana perempuan memegang semua peran penting dan berpengaruh. Karakter-karakter perempuan dalam film Barbie memiliki profesi yang beragam. Seperti, Barbie kulit hitam yang menjadi presiden, Barbie hijab menjadi hakim, serta karakter-karakter Barbie yang menjadi sukses dengan profesi mereka. Ini merupakan gambaran ideal bagi feminisme di mana perempuan memiliki kebebsan dan kesempatan yang setara dengan laku-laki, membalikkan stereotip tradisional tentang peran gender.

Cherry on pinterest
Cherry on pinterest

Konflik dengan realitas partiarkal

Ketika Barbie masuk ke dunia nyata, dia langsung berhadapan dengan realitas patriarki dan seksisme. Hal ini ditunjukkan dengan adegan Barbie berada di kehidupan manusia lalu ia menerima pelecehan seksual berupa siul-siulan serta pelecehan fisik  dari para pria saat Barbie berada di dunia nyata. Ditambah dengan Barbie yang berkata "Men look at me like I'm an object" yang berarti, pria melihat saya seperti objek. Ini menunjukkan kontras tajam dengan dunia Barbie yang ideal, dan menggarisbawahi berbagai tantangan yang dihadapi oleh para perempuan di dunia nyata, seperti ketidaksetaraan gender, pelecehan seksual, dan stereotip gender.

Kompas.com
Kompas.com

Sulitnya menjadi perempuan dengan segala tekanan dan tuntutan yang ada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun