Kemudian, pada pasca-kemerdekaan. Mushola ini bertransformasi menjadi pesantren kalong yang diasuh oleh generasi kedua, yaitu Alm. H. Husaini dan Alm. H. Maturidi lulusan Pesantren Al-Muntai Kalimantan. Sederet tokoh agama dan tokoh masyarakat (Toga Toma) hingga lembaga pendidikan yang berada di area sekitar---Parung Bingung dan Grogol---lahir dari asuhan Mushola Al-Kahfi.
Saat ini, Mushola Al-Kahfi memiliki luas 400 meter per segi. Pengurus DKM dan masyarakat memproyeksikan perluasan lahan menjadi 700 meter per segi dan menjadikannya Masjid mengingat eskalasi kependudukan setempat yang meningkat setiap tahun. Dengan demikian, Mushola ini telah mengalami 4 kali renovasi total.
"Planning pembangunan adalah untuk menciptakan infrastruktur yang memadai. Di antaranya lahan parkir dan sarana olahraga. Sehingga nanti jika ada hajatan ataupun kegiatan lain dapat menggunakan area Al-Kahfi," tutur Zainul Fatah.
Kalau kita mencari peninggalan bersejarah ataupun keindahan arsitektur yang memanjakan mata, Mushola Al-Kahfi belum memenuhi syarat itu. Akan tetapi, jika kita mencari esensi dari rumah peribadatan yang religius, ramai, dan damai, Mushola Al-Kahfi sangat memenuhi syarat itu dan semangat beribadah juga harus diimbangi dengan infrastruktur yang memadai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H