Kelud Meletus, kita semua ikut terlarut dalam simpati kepada para korban. Sebab yang namanya bencana alam pasti menimbulkan korban jiwa, harta, dan sebagainya yang berbuahkan solidaritas antarmanusia. Solidaritas antarmanusia ini terlahir spontan dari nurani yang mencintai melampaui sekat-sekat suku, ras, agama, dan antargolongan.
Di balik solidaritas ini, sebagai seorang warga negara Indonesia yang menjujung tinggi asas keadilan, terselip juga rasa miris atas kesan perlakuan tidak adil para pengurus negara dalam menyikapi bencana alam yang sama di berbagai wilayah di Indonesia. Dalam hal ini bencana gunung api meletus.
Beberapa waktu lalu, tercatat beberapa Gunung berapi di Indonesia yang meletus antara lain: Gunung Rokatenda, Gunung Lokon, dan Gunung Sinabung. Ketika ketiga Gunung berapi di luar Pulau Jawa ini meletus, reaksi negara tidak sedemikian heboh dibandingkan dengan ketika meletusnya Gunung Kelud. Demikianpun dengan porsi pemberitaan media nasional.
Bisa dipahami karena letak Gunung Kelud berada di Pulau yang menjadi pusat segalanya: pusat pemerintahan NKRI dan pusat media-media besar.
Akan tetapi, cara para petinggi negara dalam menanggapi berbagai letusan gunung berapi yang berbeda ini melahirkan 'kecemburuan sosial' di antara anak bangsa yang mendiami berbagai pulau yang berbeda di Indonesia.
Begitu sigapnya seorang Presiden SBY bereaksi untuk menangani dampak letusan Gunung Kelud yang seolah-olah disamakan dengan 'bencana nasional', dibandingkan dengan situasi ketika Gunung Rokatenda, Gunung Lokon, dan Gunung Sinabung meletus. Pasca letusan Gunung Kelud, Presiden SBY langsung mengumpulkan para staffnya untuk rapat tertup guna menyikapi situasi tanggap darurat di kediamannya. Namun, ketika ketiga gunung berapi sebelumnya meletus, sepertinya Presiden SBY bersikap biasa-biasa saja. Seolah-olah Gunung Rokatenda berada di Negara Papua New Quinea, Gunung Lokon berada di Negara Filipina, dan Gunung Sinabung berada di Negara  Singapura.
Apakah kesan ini salah? Tidak salah! Karena rakyat di mana pun tempatnya di wilayah NKRI ini membutuhkan ucapan simpatik dan reaksi  yang sama dari Presidennya ketika mereka sedang mengalami bencana. Untuk mie instan dan bantuan negara lainnya itu penting bagi mereka. Namun yang tidak kalah penting adalah ketika mereka masih merasa sebagai anak-anak Indonesia yang mendapatkan perhatian dari Bapaknya, yakni Presidennya meski hanya sebuah ucapan turut prihatin dengan kondisi yang mereka alami. Syukur-syukur dengan tindakan tanggap darurat mengerahkan seluruh sumber daya negara bagi pemulihan pasca letusan gunung berapi seperti yang dialami masyarakat di sekitar Gunung Kelud.
Inilah keadilan versi sederhana yang dituntut oleh masyarakat Indonesia dari pemimpinnya, yakni porsi perhatian yang sama dari negara terhadap persoalan bencana alam nan sama yang mereka alami.
Sumber:
SBY Pimpin Rapat Bahas Letusan Gunung Kelud
Respon Cepat SBY Sikapi Letusan Gunung Kelud
Korban Letusan Rokatenda: Pemerintah Pusat Kurang Beri Perhatian
Dibanding Sinabung, Respon Presiden lebih Cepat Terhadap Kelud
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H