Luar biasa! Seorang Presiden, pengurus jutaan rakyat, di sela-sela kesibukannya masih sempat untuk membalas surat Nazarudin secara detail. Tindakan SBY ini patut diapreasi karena presiden dinilai oleh beberapa pihak tanggap dengan situasi. Pertanyaannya, mengapa SBY begitu sigap menanggapi surat Nazarudin dibandingkan persoalan-persoalan lain seperti keluhan warga korban lumpur lapindo, misalnya?
Ada beberapa kemungkinan alasannya. Pertama, selama ini berkembang juga spekulasi bahwa SBY berada di balik kepulangan Nazarudin. SBY adalah sutradara yang akan menggunakan Nazarudin untuk membersihkan citra diri partai. Pembersihan dari dalam dengan Nazarudin sebagai penyanyi menjadi skenario utamanya. Akan tetapi, kemungkinan ini akan dimentahkan begitu saja, ketika Nazarudin berubah total setiba di Indonesia. Menjadi pendiam dan seolah-olah amnesia. Karena itu, Nazarudin menuliskan surat kepada SBY, agar membiarkan dirinya saja menjadi tumbal, asalkan istri-anaknya tidak ikut diseret. Surat Nazarudin ini tentu saja menohok langsung kepada SBY dan memang menjadi bagian dari skenario SBY sehingga SBY bisa mempunyai peluang menjelaskan kepada publik bagaimana sikapnya atas kasus Nazarudin: "saya bukanlah sutradaranya." Jika itu, diproses, maka akan "tampak seolah-olah" SBY tidak intervensi untuk membersihkan partainya dari kader-kader batu sandungan menuju PEMILU mendatang. Meskipun, mungkin saja, SBY tetaplah sutradaranya di belakang layar.
Kedua, SBY lagi-lagi membalas surat Nazarudin untuk "citra diri" karena pesan tersirat dari surat Nazarudin memojokkan SBY yang mungkin saja bisa mengintervensi kasusnya. Karena itu, SBY memang perlu memberikan klarifikasi publik bahwa dirinya tetap konsisten untuk memerangi korupsi tanpa pandang pribadi, golongan dan partai. Nah yang ini membuahkan hasil. Seorang sahabat kompasioner langsung termakan "politik pencitraan SBY" dan langsung memuji SBY setinggi langit sebagai pribadi responsif terhadap rakyat. Padahal SBY responsif bukan karena Nazarudinnya, tetapi karena pesan tersirat dari surat tersebut bisa membentuk opini publik "SBY akan melindungi partainya" dari nyanyian Nazarudin di depan KPK.
Ketiga, SBY membalas surat Nazarudin karena perpaduan antara kemungkinan pertama dan kedua karena Nazarudin sesungguhnya sedang dimanfaatkan sebagai pion tanpa dia sendiri menyadarinya.
Apapun kemungkinannya, SBY harus berani menunjukkan kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia, bahwa beliau serius dan komit dalam memberantas korupsi yang telah menggurita dan membudaya di negeri yang katanya beragama ini. Kasus Nazarudin adalah ujian akhir dari integritas seorang SBY dan masa depan partainya di kancah perpolitikkan negeri ini ke depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H