Mohon tunggu...
Aziddin Ramli
Aziddin Ramli Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Paling suka dipanggil BANG RAMLI. Berdomisili di kota Jogjakarta sejak SMP (dari masa remaja lulus SMP hingga saat ini). Beristrikan seorang wanita asli Jogjakarta.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Enyahkan Egomu Di Tahun Yang Baru (Asalmu Dari Tanah Dan Kembali Ke Tanah)

3 Januari 2012   18:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:22 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini saya merenung diri di sebuah kesunyian yang hening tanpa ada gangguan kebisingan yang membisingkan. Dimana pada saat merenung kali ini, saya belum juga mendapat suatu jawaban yang pasti tentang sebuah pertanyaan yang sering muncul dalam benak ini. Sampai kapankah dunia ini terlepas dari orang-orang yang merasa dirinya paling super dalam kehidupan bernegara ini? Dan sampai kapankah orang-orang yang merasa super tadi bisa melihat suatu permasalahan dengan hati nurani? sampai kapankah orang-orang yang merasa super dan orang-orang yang merasa terpilih menjadi warga negara yang terpilih tersebut dapat berpikiran jernih? Sampai kapankah orang-orang yang merasa paling berhak dan paling tangguh tadi dapat melindungi rakyat kecil?

Hai orang-orang yang merasa super, sadarkah Anda bahwa sikap dan perlakuan Anda dalam menghadapi rakyat kecil sudah melukai hati nurani dan perasaannya?  Apa tidak ada lagikah hati nuranimu untuk melihat, mendengar, dan menghormati orang lain yang hanya sekedar memberikan pendapat? yang berusaha untuk memberikan pandangannya terhadap keberadaaan Anda? kepada orang yang berusaha menjabarkan keberadaan Anda dari sudut pandangnya sebagai orang kecil?

Mengapa Anda yang katanya orang-orang terpilih dan dari golongan orang-orang yang wajib menjaga negara ini tidak berusaha bersikap kesatria seperti apa yang Anda gembar-gemborkan selama ini, yang keluar dari perkataan Anda? Mengapa Anda bertutur kata dengan berperilaku lebih Preman dari pada Preman?

Katanya Anda adalah orang-orang yang terpilih. Tapi mengapa Anda tidak bisa menghormati dan menghargai pedapat orang lain? Dan sekilas justeru Anda tampak memaksakan kehendak kepada pihak lain? Dan Anda memaksakan pendapat kepada orang lain yang tidak sependapat dengan Anda? Mengapa? Mengapa? dan Mengapa?

Jika Anda adalah orang-orang yang terpilih, pasti Anda bisa menyikapi suatu perbedaan pendapat dengan bijaksana. Dan Anda pasti mengerti apa arti kata-kata orang yang sedang mengungkapkan pendapatnya. Anda pasti dapat menghargai pendapat orang lain, Anda pasti bisa memahami pendapat orang lain yang berbeda pendapat dengan Anda. Anda pasti bisa menghargai apa itu arti perbedaan pendapat.

Hai orang yang merasa super di antara orang-orang yang merasa super. Sadarlah Anda bahwa asal muasal Anda adalah dari tanah dan akan kembali ke tanah. Anda makan dan minum dari tanah. Dan jangan menyia-nyiakan tanah, apalagi menghinanya walau hanya segenggam. Bersikap lebih arif dan bijaksanalah. Ingatlah, bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Tapi sebagai makhluk hidup, kita wajib berusaha untuk bersikap dan bertutur sapa yang baik terhadap sesama. Hormatilah orang lain jika Anda ingin dihormati. Atau setidak-tidaknya, hormatilah diri Anda sendiri dengan bersikap dan bertutur kata yang baik-baik. Dengan demikian, orang lain akan menghormati Anda. Hormat disini adalah “hormat” yang berkaitan dengan sikap tutur kata dan sikap kita dalam mengahadapi masalah yang ada.

Janganlah Anda membuka aib diri anda sendiri dan memalukan diri Anda sendiri. Anda sepertinya tidak merasa kalau Anda sudah bersikap arogan dan meremehkan orang lain dengan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan perkataan dan predikat yang Anda sandang. Sadarlah hai orang-orang (yang mengakunya) yang konon kata Anda bahwa Anda adalah orang-orang terpilih! (yang mengakunya warga negara terpilih).

Ujung-ujungnya saling mendiskreditkan seseorang atau kelompok tertentu, saling ejek-mengejek, saling merendahkan antara satu dengan yang lainnya, dan akhirnya gontok-gontoka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun