[caption id="" align="aligncenter" width="476" caption="Suasana Antre Blackberry di Mal Pasifik, di kawasan SCBD Sudirman - Jakarta Kawasan SCBD. Foto detikNews"][/caption]
Ternyata imbas dari antre yang mengakibatkan kekisruhan bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Di Amerika sekalipun terjadi juga kejadian yang hampir sama dengan kejadian yang ada di Indonesia. Konon budaya Antri di Barat yang kabarnya paling tertib dan lebih teratur dibangding budaya Antri yang terdapat di wilayah Timur, toh masih terjadi juga, layaknya di Indonesia baru-baru ini. Simak saja kisah yang diceritakan VOA beberapa hari yang lalu tentang perayaan tahunan Thanksgiving Day Belanja Obral “Jumat Hitam” di Amerika.
Kekerasan mencemari obral besar tahunan pasca Thanksgiving Day atau Hari Bersyukur yang dikenal dengan sebutan ‘Black Friday atau Jumat Hitam.’ Black Friday menandai dimulainya musim belanja libur akhir tahun di Amerika.
Sebagaimana halnya kejadian yang terjadi di Indonesia, insiden ricuh BlackBerry diskon di Mal Pacific Place, di kawasan SCBD, Sudirman - Jakarta. Diberitakan ribuan orang rela mengantre dari pagi untuk membeli BlackBerry tipe Bellagio 9790 dengan harapan mendapat harga ‘murah’ pada hari Jumat (25/11/2011).
[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Para pengunjung menyerbu salah satu toserba di Amerika pada Thanksgiving Day hari Jumat, 25 november 2011. Foto VOA (Voice Of America). "][/caption]
Kejadian yang seperti ini sangat miris dan memprihatinkan kita. Kejadian yang biasa kita temukan di tanah air. Budaya konsumtif sudah merebak di kalangan masyarakat Indonesia dan masyarakat Amerika. Bedanya hanya terletak pada jenis barang yang dibeli dengan diskon harga yang murah. Sementara di tempat lain, hal yang sama, masyarakat du’afa rela mengantre untuk mendapat jatah pembagian zakat yang dibagikan oleh oknum orang kaya-raya di setiap tahunnya.
Untuk kasus yang terakhir, kejadian yang menimbulkan kecelakaan akibat antrean, sudah tidak asing lagi kita dengar dari pemberitaan media massa maupun layar kaca televise-televisi dan media cetak dan media elektronik lainnya, yang dapat kita lihat setiap tahunnya. Antrean yang biasanya menimbulkan korban, bahkan sampai-sampai ada yang meninbulkan korban jiwa. Kalau kita pikir-pikir antara resiko dan hasil yang didapat dari mengantre seperti itu sebenarnya yang didapat tidaklah sebanding dengan hasil yang diakibatkan oleh / resiko dalam mengantre tersebut. Sungguh ironi memang, bahwa masyarakat kita masih banyak yang sangat membutuhkan bantuan dari pihak-pihak tertentu. Terutama bantuan yang berbentuk sembako untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup sehari-hari.
Akhirnya, mengantre demi untuk mendapatkan sesuatu barang (baik barang sembako maupun barang mewah) yang dibutuhkan dengan mengantre, tidak hanya di tanah air saja yang dampaknya menimbulkan kisruh, tapi juga di Amerika yang konon budaya antrenya yang sudah tertib sekalipun, masih juga berdampak yang hampir sama kejadiannya dengan apa yang terjadi di Indonesia, walaupun konteks barang yang diantrekan tersebut sangat berbeda bentuk dan jenis kebutuhan dan barangnya.
UPDATE, Senin 26 Desember 2011 :
Satu lagi tambahan berita kisruh antrean terbaru di Amerika, silahkan klik Link yang ini. Link ini adalah kiriman sahabat saya Black Horse beberapa jam yang lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H