Mohon tunggu...
Aziddin Ramli
Aziddin Ramli Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Paling suka dipanggil BANG RAMLI. Berdomisili di kota Jogjakarta sejak SMP (dari masa remaja lulus SMP hingga saat ini). Beristrikan seorang wanita asli Jogjakarta.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Jika Malaysia Bisa, Kenapa Indonesia Tidak?

24 November 2011   18:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber gambar : www.google.com

Ajang SEA GAMES XXVI yang dilaksanakan di dua kota, Jakabaring, Palembang dan DKI Jakarta dari tanggal 11 - 22 Nopember 2011, sudah usai. Indonesia sukses sebagai tuan rumah bagi 10 kontingen negara tetangga. Pesta penutupannya pada Selasa malam (22/11/2011) berlangsung megah dan bertabur kembang api. Meskipun cabang olahraga Sepakbola hanya mampu mendapatkan medali perak setelah laga adu finalti melawan Malaysia, pada prinsipnya semua atlet dan pelatih telah mempersembahkan yang terbaik dan hasilnya sungguh luar biasa, Indonesia dapat keluar sebagai juara umum SEA GAMES XXVI dan tercipta rekor baru di 23 nomor pertandingan.

Tulisan ini hanya sebagai bahan evaluasi khusus bagi saya pribadi yang menyoroti prestasi cabang sepakabola. Sebagai seorang pencinta sepakbola yang berharap dengan berkeinginan agar prestasi timnas Indonesia dapt berjaya dan berprestasi di ajang kompetisi internasional yang akan dihadapi pada tahun-tahun yang akan datang sejak tahun 2011 ini. Pada kesempatan ini saya mengajak para pencinta sepakbola nasional berpikir realistis dan membandingkan kejayaan pihak lawan untuk menuju sukses di berbagai ajang paertandingan resmi seperti SEA GAMES, piala AFF, dan bahkan tidak tertutup kemungkinan sepakbola Indonesia bisa berbicara di ajang ASIAN GAMES dan begitu juga pada putaran piala dunia kedepannya.

Dalam dua tahun kedepan perhelatan SEA GAMES 2013 akan kembali digelar di Myanmar. Namun menurut informasi, pada Sea Games 2013 di Myanmar kali ini hanya akan mempertandingkan 26 cabang olahraga, karena masalah sarana dan prasarana yang tersedia di kota Indocina tersebut.

Harapannya agar semua pihak bisa berpikir realistis dan percaya bahwa dalam kurun beberapa tahun ke depan semua pencinta sepakbola nasional akan bisa merasakan hasil dari pembinaan sepakbola nasional yang berkesinambungan untuk bisa berbicara di ajang kompetisi internasional yang setidak-tidaknya pada level Asia Tenggara. Mudah-mudahan dengan pembinaan yang seperti ini sekiranya dapat mengakomodasi keinginan semua pihak baik secara langsung dampaknya terasa bagi pengurus PSSI maupun secara tidak langsung bagi pencinta timnas.

Pembinaan sepakbola nasional secara berkesinambungan dan konsisten adalah hal yang terpenting untuk diperhatikan adalah pembinaan sepakbola nasional. Seharusnya jangan sampai melibatkan kepentingan politik para pengurusnya. Dikhawatirkan akibat politisasi ini akan mengakibatkan terbenturnya kepentingan pembinaan terhadap kepentingan pengurusnya. Seyogianyalah pengurus dan orang-orang dalam kepengurusan PSSI tidak boleh menyangkut pautkan PSSI pada ranah politik (politisasi) oleh orang-orang tertentu apalagi oleh orang yang sangat berpengaruh pada perkembangan sepakbola dari segi politis maupun dari segi pendanaan.

Peranan pers dan media massa dalam kiprahnya sebagai pendukung kinerja dan mitra kerja dari timnas itu sendiri.Kondisi riel para pemain sebaiknya steril dari dunia entertaintmen yang tidak terlalu penting. Sebagai contoh yang sudah kita lihat selama ini adalah keikutsertaan para pemain timnas dalam produksi iklan-iklan layanan masyarakat. Seperti yang telah kita ketahui para pemain timnas senior yang selalu menghiasi dunia layar kaca TV nasional pada akhir-akhir ini, semakin gencar mempromosikan suatu produk tertentu, padahal prestasi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang di gembar-gemborkan dalam tayangan iklan tersebut. Ironis memang.

Pengurus Pusat, Pengprov, dan PSSI yang konsekuen dan konsisten. PSSI sebagai induk organisasi sepakbola nasional haruslah ditangani oleh orang-orang yang mumpuni pada bidangnya masing-masing. Pengurus hendaknya bisa terlepas dari orang yang memang benar-benar bukan dari golongan dan kelompok tertentu. Apabila pengurus berasal dari golongan dan kelompok tertentu akan dikhawatirkan hasil dari segala sesuatu keputusan kebijakan kepengurusan akan berpengaruh dalam mengambil suatu kebijakan penting dalam dunia sepakbola nasional. Politisasi niscaya tidak akan dapat membuat tumbuh berkembangnya prestasi sepakbola nasional. Yang pasti bahwa politisasi akan berbenturan dan berkubang pada lingkaran kepentingan sekelompok dan golongan. Hal yang seperti itu berdampak tidak baik dalam perkembangannya ke depan.

Apabila para punggawa PSSI pusat masih tetap mengeluarkan kebijakan yang tidak sesuai dengan keputusan semua elemen PSSI, maka ada unsur dan mekanisme yang mengontrol dalam hal ini. Langkah yang paling mudah yang bisa dilakukan adalah memperkuat posisi klub dan pengprov sebagai pemilik hak suara. Jika pengurus PSSI mulai melakukan hal-hal yang macam-macam, mereka bisa dan berhak langsung menyemprit serta mengoreksi kebijakan pengurus. Apabila masih membandel, turunkan saja bila perlu dengan mekanisme pengajuan KLB yang lebih mudah, biar bagaimanapun, suka atau tidak suka, klub dan pengprov adalah pelaku utama sepakbola nasional, selain pengurus PSSI pusat.

Bagi masyarakat pencinta sepakbola nasional, jangan terlalu mengharapkan keberhasilan timnas secara instant. Cabang olahraga Sepakbla membutuhkan latihan-latihan dan waktu yang cukup lama untuk mendapat sebuah prestasi yang diinginkan. Kita harus sadar bahwa membina sepakbola berprestasi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Untuk itu marilah kita tunggu kinerja pengurus dan kepemimpinan yang sudah ada sekarang ini dengan tidak lupa mengawasi kinerja mereka-mereka yang masih berhubungan dengan unsur dunia sepakbola nasional beserta jajarannya.

Kalau timnas Harimau Malaya bisa berprestasi di level Asia Tenggara atau level Asia dengan meraih medali emas, mengapa timnas Garuda Muda tidak? Buktinya timnas Indonesia dengan pembinaan yang hanya tiga bulan saja performanya tidak terlalu begitu mengecewakan bagi pencintanya. Dalam pertandingan final sepakbola SEA GAMES yang lalu, mereka bisa mengimbangi permainan para pemain timnas Malaysia yang kabarnya sudah dipersiapkan selama dua tahun terakhir. Saya yakin apabila timnas Indonesia mendapat waktu dan kesempatan yang sama seperti apa yang didapatkan oleh timnas Malaysia dalam kurun waktu pembinaan dan pengelolaannya, maka peta kekuatan sepakbola Asia Tenggara pasti akan berbicara lain. Tidak hanya Malaysia dan Malaysia.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun