Sebagai seseorang yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), saya menghadapi tantangan unik saat pertama kali bekerja di PT Alfamart. Bertemu dengan rekan-rekan dari berbagai daerah mengharuskan saya memahami cara mereka berkomunikasi, termasuk budaya Jawa yang sangat berbeda dari kebiasaan saya. Â
KETERKAITAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA di TEMPAT KERJAÂ
Interaksi ini memperlihatkan keterkaitan antara komunikasi antar budaya, antar etnis, dan internasional. Sama seperti di lingkungan global, komunikasi antar budaya di tempat kerja membutuhkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai, kebiasaan, dan cara berpikir dari berbagai kelompok. Hal ini penting agar tercipta kerja sama yang harmonis. Â
MENGATASI STEREOTIPE dan PRASANGKAÂ
Awalnya, saya memiliki stereotipe bahwa budaya Jawa terlalu lambat dalam pengambilan keputusan. Sementara itu, rekan kerja mungkin menganggap saya, sebagai orang Timur, terlalu langsung dan tergesa-gesa. Prasangka ini menciptakan jarak, hingga saya menyadari bahwa perbedaan ini adalah hasil dari pendekatan budaya yang berbeda. Budaya Jawa, misalnya, menekankan kehati-hatian dan keadilan, sementara budaya Timur lebih berorientasi pada kecepatan. Â
Melalui pengalaman ini, saya belajar untuk lebih sabar dan menghargai proses diskusi, yang ternyata menghasilkan keputusan lebih inklusif. Â
LANGKAH MENGHADAPI PERBEDAAN BUDAYAÂ Â
Untuk menjembatani perbedaan ini, saya melakukan beberapa langkah, seperti mempelajari bahasa dan kebiasaan Jawa. Hal sederhana seperti menyapa dengan "monggo" atau berbagi makanan tradisional membantu menciptakan hubungan yang lebih erat dengan rekan kerja. Â
PENGALAMAN INSPIRATIF ANTAR BUDAYAÂ
Salah satu momen inspiratif terjadi saat diskusi tentang tantangan pekerjaan. Rekan kerja saya berbagi bagaimana kesabaran adalah kunci menghadapi kesulitan. Sebagai orang Timur yang cenderung terburu-buru, ini mengajarkan saya untuk lebih tenang dan bijaksana. Kami saling belajar dari budaya masing-masing, dan itu memperkuat kerja sama kami. Â
RELEVANSI UNTUK PROFESI JURNALISÂ Â
Sebagai calon jurnalis, pengalaman ini sangat relevan. Profesi jurnalistik menuntut kemampuan untuk memahami dan menyampaikan pesan dengan sensitivitas budaya. Belajar tentang komunikasi antar budaya memperkaya kemampuan saya untuk berinteraksi dengan berbagai kelompok, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H