Mohon tunggu...
Ramlan Effendi
Ramlan Effendi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

berbagi dan mencari ilmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Seorang Guru

12 November 2014   02:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:02 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bertugas sebagai guru matematika di SMP Negeri 1 Gunung Megang Kab. Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan sejak tahun 2003 memberikan pengalaman yang sangat banyak bagi saya. Saya bertemu dengan banyak guru senior yang selalu siapmemberikan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang saya alami, bertemu dengansiswa dengan bermacam-macam latar belakang, dan berinteraksi dengan rekan guru dari sekolah lain dalam musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Matematika.

Tahun 2012 yang lalu, saya mutasi keSMPN 8 Lahat. Dengan jarak yang lebih dekat dari tempat saya tinggal, sekitar 15 kilo meter.

Sebagai guru, selain mengajar matematika, saya mendapat tugas menjadi wali kelas, pembina osis, pembina pramuka ataupun guru piket. Di sinilah saya menyadari adanya adanya perbedaan makna mengajar mendidik dan melatih. Ketika menjadi pembina osis ataupun pembina pramuka, peran saya lebih ditekankan pada melatih siswa. Sedangkan ketika di kelas, saya tidak hanya mengajarkan ilmu pelajaran matematika, tapi saya berperan juga dalam mendidik mereka.

Mendidik siswa tentang sikap, nilai, norma dalam berinteraksi di kelas. Namun dalam pandangan saya, mendidik siswa tentang nilai, norma dan sikap haruslah dengan keteladanan. Siswa tidak akan dapat menerima pendidikan jika tidak ada keteladanan dari guru. Misalnya tentang disiplin, saya berusaha agar saya disiplin dalam kelas, mengikuti jadwal dan aturan yang berlaku, kemudian baru meminta kepada siswa agar mereka menerapkkannya. Apa yang saya lakukan dapat diterima oleh siswa. Dan pada akhirnya saya sering ditunjuk menjadi wali kelas dari siswa yang bermasalah.

Ketikamengikuti mata kuliah Landasan Pedagogik, saya diingatkan ternyata apa yang saya yakini tentang keteladanan di hadapan siswa merupakan salah satu dari tiga falsafah yang diajarkan oleh Tokoh Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara. Falsafah itu adalah ing ngarso sung tulodo yang berarti di depan memberi keteladanan. Walaupun falsafah itu tentang kepemimpinan, namun menurut saya falsafah itu sangat sesuai dalam pendidikan, karena guru adalah pemimpin di dalam kelasnya. Harus dapat memotivasi siswa agar memiliki semangat belajar yang baik.

14157102221372834302
14157102221372834302

Dalam perjalanan saya sebagai guru selama ini, saya berusaha menambah ilmu pengetahuan untuk membantu saya melaksanakan pembelajaran disekolah. Selain aktif dalam MGMP, saya berusaha aktif dalam usaha pengembangan diri lainnya. Saya mencoba menulis artikeldi koran dan mengirimkan tulisan di beberapa jurnal/ buletun ilmiah di tingkat propinsi.. Selain itu saya pernah mewakili mengikuti seleksi guru berprestasi tingkat kabupaten. Namun bagi saya, sebuah prestasi besar adalah ketika kita berhasil mendidik siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak paham menjadi paham.

Tulisan ini adalah tugas Diklat Online PPPPTK Matematika. Oleh ramlan Effendi, peserta diklat online angkatan 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun