Mohon tunggu...
Ramlan Nugraha
Ramlan Nugraha Mohon Tunggu... -

Blogger Bandung, aktif di Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO). Pernah terlibat memfasilitasi penguatan kapasitas organisasi masyarakat sipil di Papua Barat dalam program Australia Indonesia Partnership for Desentralization.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Kerja Sama untuk Keselarasan

22 Maret 2013   14:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:23 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kritik tajam lebarnya jarak antara dunia pendidikan dan dunia kerja di Indonesia seperti polemik yang terus berkepanjangan. Ibarat gunung es, makin ke dalam makin besar masalahnya. Upaya untuk meminimalisir masalah tersebut telah dilakukan oleh berbagai pihak, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) selaku leading sector dalam hal ini. Dalam artikel ini, penulis mencoba memberikan alternatif usulan, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyelaraskan dunia pendidikan dan dunia kerja. Usulan tersebut yaitu sebagai berikut :

1.Eduwork Forum

Forum ini diikuti oleh perwakilan dari lembaga pendidikan, pengusaha, dan pemerintah khususnya dinas pendidikan dan dinas tenaga kerja. Forum diskusi resmi tiga pihak ini bertujuan untuk mewujudkan kerja sama yang seimbang antara dunia pendidikan dan dunia kerja di tingkat lokal. Kerja sama seimbang menciptakan hubungan yang selaras antara keduanya. Dunia pendidikan mengetahui perkembangan dunia kerja, sehingga bisa menyiapkan para lulusannya untuk siap terjun ke dunia kerja. Demikian halnya dengan dunia industri, karena sudah terjalin hubungan yang baik dengan dunia pendidikan, maka kebutuhan jumlah dan kualitas calon tenaga kerja bisa terpenuhi.

Peran pemerintah memfasilitasi keduanya agar terus bersinergi. Dinas pendidikan memberikan informasi dan menggiatkan lembaga pendidikan dibawah naungannya untuk aktif dalam forum tersebut. Sedangkan dinas tenaga kerja memfasilitasi dunia kerja baik atas nama usaha perseorangan maupun perusahaan untuk terjun berkontribusi dalam forum. [caption id="" align="aligncenter" width="278" caption="membuat forum"][/caption]

Eduwork forum menawarkan program yang efektif kepada pemerintah sebagai fasilitator utama dalam menyelaraskan dunia pendidikan dan dunia kerja. Selama ini, kritik sering dilayangkan publik kepada dinas pendidikan di kabupaten/kota yang tidak terlalu lincah atau cakap dalam membina hubungan antara keduanya. Sinergitas pun akan terbangun dengan dinas tenaga kerja yang selama ini kadang tidak terlalu care dengan lembaga pendidikan karena sibuk dengan programnya sendiri.

Melihat tujuannya, lembaga pendidikan yang akan banyak terlibat yaitu dari sekolah kejuruan, politeknik, dan lembaga pelatihan (non formal dan informal). Sedangkan dunia kerja yang dilibatkan tidak hanya dari perusahaan lokal namun bisa mengundang dari luar daerah. Selain itu dalam forum ini sangat dimungkinkan dibagi menjadi beberapa grup sesuai dengan sektor usahanya.

2.Optimalisasi dana CSR

Beberapa perusahaan milik pemerintah dan swasta menyalurkan dana Corporate Sosial Responsibility (CSR) dengan mengadakan berbagai pelatihan keterampilan masyarakat. Hal ini sepertinya perlu didukung dan disosialisasikan kepada perusahaan lainnya. Namun demikian jenis pelatihan yang dilakukan perlu disinergikan dengan potensi daerahnya masing-masing. Peran aktif pemerintah setempat untuk memberikan masukan berupa data potensi daerah atau masyarakat kepada perusahaan tersebut sehingga bisa menjadi pertimbangan jenis kegiatan apa yang bisa dilaksanakan.

[caption id="" align="aligncenter" width="315" caption="optimalisasi dana sosial"][/caption]

Pelatihan keterampilan kepada masyarakat oleh perusahaan  pun akhirnya berbuah manis. Tidak jarang karena mereka serius menggarapnya, maka terbentuklah kelompok binaan yang pada akhirnya menjadi bagian dari support system usaha mereka. Dana CSR bisa menjadi peluang untuk menyelaraskan peran dunia pendidikan dan dunia kerja. Masyarakat yang berada di wilayah perusahaan diajak menjadi peserta pelatihan. Harapannya setelah mengikuti pelatihan mereka bisa mengimplementasikan ilmunya dengan membuka lapangan usaha sendiri.

Kita cukup bangga, setiap tahunnya pemerintah mempunyai program memberikan penghargaan kepada perusahaan yang dinilai berhasil dalam mengelola dana sosialnya. Hal ini harus diturunkan pada tingkat lokal. Pemerintah daerah harus serius memberikan perhatian kepada perusahaan yang care terhadap usaha pemberdayaan masyarakat sekitar.

3.Pusat Inkubator Kewirausahaan

Dana ratusan miliaran rupiah digelontorkan pemerintah melalui program hibah usaha kepada para mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. Dengan syarat para mahasiswa tersebut mengajukan proposal dan dipresentasikan, setelah itu dievaluasi dan diambil keputusan proposal mana yang paling realistis diberikan dana bantuan, adalah mekanisme konvensional yang seharusnya diperbaharui. Sebagian orang bertanya, bagaimana pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi atas digelontorkannya uang sebesar itu kepada para mahasiswa?

Tidak cukup sekedar hibah untuk memoles mahasiswa menjadi seoarang entrepreneur. Barangkali untuk sekedar stimulan bisa jadi iya, tetapi diperlukan strategi matang yang tidak sekedar bagi-bagi fulus semata.

[caption id="" align="aligncenter" width="290" caption="pusat inkubator"][/caption]

Pusat Inkubator Kewirausahaan hadir sebagai jawaban atas ceremony sekilas program bagi-bagi hibah ala pemerintah. Masuk dalam struktur kelembagaan sehingga mempunyai posisi yang jelas beserta tugas dan tanggung jawab yang tidak asal-asalan. Lembaga ini tidak hanya menjadi urat nadi ekonomi lembaga, namun juga pusat penggodogan para mahasiswa dari mulai semester pertama sampai dengan akhir. Lembaga seperti ini pun tidak hanya untuk kampus/universitas tetapi bisa diterapkan di tingkat sekolahan.

Beberapa universitas mempunyai lembaga seperti ini, namun dikelola oleh orang-orang yang bukan ahlinya. Mereka adalah pejabat struktural kampus yang terkadang bisa sangat mudah diintervensi oleh atasannya untuk sekedar kongkalikong proyek-proyek. Sudah seharusnya lembaga yang mengurus adalah orang-orang profesional, mereka yang fokus mengembangkan sayap ekonomi lembaga dan meningkatkan produktivitas ekonomi para mahasiswa dan tidak dipusingkan dengan tetek bengek urusan politik birokrat kampus.

4.Profesionalitas Pendidik

Di beberapa sekolah, masih ada guru yang mengajar di luar disiplin ilmunya. Contohnya teman saya, dia mengajar di sekolah swasta di Kabupaten Bandung Barat. Basis ilmunya yaitu Pendidikan Agama Islam namun mata pelajaran yang diampunya adalah Bahasa Indonesia. Sesuatu yang ia anggap karena ‘kondisi’.

Secara psikologis, anak didik terutama yang sudah berada di tingkat sekolah menengah mengetahui gurunya terbiasa mengajar apapun, maka akan terbentuk pola pikir bahwa semua orang bisa mengajar apapun. Apalagi di beberapa SMK swasta yang notabene banyak guru asal cabut. Demi mengejar setoran, sang guru pun rela belajar pelajaran di luar keahliannya.

Fenomena tersebut bukan sekedar membahas profesionalitas pendidik namun paradigma berfikir peserta didik. Namun apabila sang guru mengajar sesuai dengan keahliannya, maka peserta didik pun akan terbangun pola pikirnya bahwasanya keahlian gurunya sesuai dengan keahlian hasil pendidikannya dulu.

Waktu praktek mengajar kala masih mahasiswa, saya mempunyai kenalan dengan seorang guru di sebuah sekolah kejuruan di Bandung. Posisinya kala itu sebagai wakil kepala sekolah bidang hubungan industri. Salah satu program andalannya yaitu ikut dalam segala bentuk pameran hasil karya. Dengan program tersebut, sekolahnya bekerja keras untuk membuat hasil karya agar bisa dipamerkan. Alhasil Buggy Car ala SMKN 8 Bandung pun kini bisa menjadi kreasi yang bisa kita lihat. Dulu, mereka bekerja keras membangun berbagai inovasi. Info terakhir, sekolah mereka mendapat bantuan pelatihan dan mesin dari PT Honda. Pimpinannya pun datang ke Bandung khusus menghadiri acara tersebut.

Belajar dari hal tersebut, profesionalitas keahlian maupun sikap dalam bekerja seorang guru akan mempengaruhi kualitas anak didiknya. Sadar atau tidak, mereka akan melihat bagaimana seorang guru bekerja. Dan harap diingat, hal itu masuk dalam ingatan mereka dan mempengaruhi bagaimana mereka menentukan langkahnya di kemudian hari.

Demikian beberapa upaya untuk menyelaraskan dunia pendidikan dan dunia kerja. Eduwork forum sebagai sarana memfasilitasi kedua pihak, optimalisasi CSR sebagai respon dunia kerja berpartisipasi dalam agenda pendidikan, pusat inkubator kewirausahaan sebagai lembaga penyelaras dunia kerja di dalam lembaga pendidikan, dan profesionalitas pendidik sebagai teladan dan tanggung jawab pendidik kepada anak didiknya.

RAMLAN NUGRAHA

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun