Waktu kecil, saya belum pernah melihat acara barongsai. Pemerintahan orde baru melarang acara ini.
Kini semarak melihat kemeriahan Imlek sebelum Covid-19 dan Gus Dur mengizinkan.
Masa pandemi corona saat ini, pastinya tidak semeriah dahulu.
Menurut legenda negeri tirai bambu , rakyat Cina diteror oleh raksasa yang dikenal dengan nama Ni Nian disekitar gunung.
Ni nian memangsa manusia dan hewan ternak. Penduduk jadi waswas dan ketakutan.
Namun ketika suatu hari sang naga" Ni Nian" lari terbirit-birit setelah melihat seorang anak kecil memakai baju merah.
Warna merah sangat identik dengan Imlek, melambangkan kejayaan dan kemakmuran. Kekuatan dan keberanian.
Peristiwa itu menjadikan mereka percaya dapat mengusir Nian .
Di Daratan China sendiri, perayaan Imlek ini disebut sebagai “chunjie” yang berarti festival menyambut musim semi.
Karena Indonesia tidak punya musim semi maka sebutan “chunjie” tidak umum. Kata Imlek yang populer.
Saudara kita cina keturunan, sering menyebut Tahun Baru Imlek sebagai “sincia”. Dari dialek Hokkian; “xin zheng” atau “sin ceng”.