Cara Baru Melawan Covid-19 selain Vaksin sedang diteliti dan beberapa diantaranya adalah Pemisahan Enzym khusus Covid-19 pada penelitian di Texas Amerika.
Rusia juga sedang meneliti penggunaan Radiasi sebagai salah satu cara untuk menghentikan Virus .
Tak dapat disangkal lagi, virus Corona telah mengancam dunia dan kehidupan seolah olah berhenti berjalan.
Ekonomi sangat terganggu akibat pembatasan pergerakan, lockdown , psbb atau apapun istilahnya.
Selain Vaksin, para ahli masih terus mencari akal untuk mengalahkan COVID-19. Para ahli dari Vanderbilt University dan University of Texas Medical Branch mengatakan bahwa mereka telah menemukan titik lemah dari virus corona.
Studi ini dipublikasikan di portal MedicalXpress, dan dilansir situs berita rusia, lenta.ru/news 29/01/2021
Diungkapkan oleh para ilmuwan bahwa mereka telah menemukan diantaranya genom coronavirus ternyata memiliki enzim khusus yang disebut , exoribonuclease nsp14-ExoN, yang bertanggung jawab atas evolusi virus.
Enzym Ini adalah target penting untuk menekan dan mengurangi pandemi COVID-19, mencegah wabah virus korona baru di masa depan, kata Jennifer Gribble, salah satu penulis penelitian.
Enzim ini mungkin akan kehilangan kemampuannya untuk bergabung kembali dan sepenuhnya menghentikan aksinya jika kita dapat mengembangkan obat penghambat enzim, teori para ilmuwan
Sebelumnya, ilmuwan Rusia juga telah meneliti dan percaya bahwa radiasi dosis rendah dapat membunuh virus corona dengan tidak membahayakan manusia.
Mereka sedang mempelajari efek radiasi pada virus tersebut bersama sama dengan para ilmuwan dari Uzbekistan. Mereka juga yakin bahwa paparan radiasi dapat digunakan untuk desinfeksi.
Sebelum ini jadi kenyataan, Kelompok Penasihat Strategis WHO (SAGE) untuk Imunisasi telah mengeluarkan rekomendasi sementara untuk penggunaan vaksin (Moderna mRNA-1273 ) untuk digunakan melawan COVID-19 pada orang berusia 18 tahun ke atas.
Petugas kesehatan yang berisiko tinggi terpapar dan lansia harus diprioritaskan untuk vaksinasi.
WHO merekomendasikan agar semua vaksin diamati setidak tidaknya selama 15 menit setelah disuntik vaksinasi.
Mereka yang mengalami reaksi alergi parah langsung terhadap dosis pertama sebaiknya tidak menerima dosis tambahan ( lanjutan )
Menjaga jarak fisik, mencuci tangan, menjaga kebersihan , menghindari keramaian, masih harus terus dilanjutkan, disamping pemakaian masker yang memenuhi syarat .
Indonesia telah mulai dengan vaksin Sinovac yang diproduksi oleh China.
Indonesia rupa rupanya tidak sendirian , Turki dengan percaya diri memulai vaksin Sinovac dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan disuntik vaksin Sinovac pada tanggal 14 Januari 2021, sehari setelah otoritas kesehatan mengizinkan vaksin itu digunakan.
Pemimpin Turki berusia 66 tahun muncul sekitar satu jam untuk memberikan contoh yang baik. Presiden termasuk dalam 83 juta penerima vaksinasi, meski beberapa negara mengisyaratkan penggunaan vaksin usia 18 sampai dengan 59 tahun .
"Masih ada orang yang berkampanye negatif mengenai vaksinasi, tapi saya yakin akal sehat akan menang," kata Erdogan sebelum disuntik
Chili juga telah menyetujui peluncuran darurat vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh China Sinovac untuk orang-orang yang berusia antara 18-59 tahun.
CoronaVac adalah vaksin yang aman dan efektif melawan pandemi,” ujar Heriberto Garcia, Direktur ISP yang dikutip Reuters.
Pemerintah Brasil telah memberikan persetujuan darurat untuk dua vaksin Covid-19 yakni dari Astra Zeneca dan Sinovac pada tanggal 17 Januari 2021.
Monica Calazans, perawat berusia 54 tahun di Sao Paulo menjadi orang pertama yang disuntik vaksin di Brasil dengan suntikan CoronaVac.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H