Mohon tunggu...
Ramid Masyutie
Ramid Masyutie Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

Menulis ....

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Test Covid-19 Melalui Anal di China dan Reaksi Warga

28 Januari 2021   07:58 Diperbarui: 28 Januari 2021   08:26 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto :Orang-orang mengantre untuk menjalani tes COVID-19 di Beijing. (AP: Mark Schiefelbein)

Test Usap Anal Corona telah dimulai di China dan menuai Reaksi Warga yang beragam. 

Test Usap sudah biasa dilakukan  , demikian juga Rapid  test di Indonesia. Tapi bagaimana pula kalau pemeriksaan melalui anus ?

Bagaimana perasaan anda jika juga dilakukan di Indonesia ? 

Inilah yang terjadi di China, Tes anal korona di Cina mengundang Reaksi Humoris diiringi Kekhawatiran Warga .

Pemeriksaan ini dilaporkan, China State Television bahwa negara tersebut telah mulai menggunakan instrumen anal untuk menguji orang yang berisiko terkena virus corona.

Menurut laporan , Political TV pihak berwenang telah melakukan usapan anal dari penduduk lingkungan dengan kasus Covid-19 yang dikonfirmasi pada individu di pusat karantina yang ditunjuk.

Prosedur ini melibatkan penempatan kapas dengan kapas yang dicelupkan ke dalam larutan

Garam berada sekitar dua hingga tiga sentimeter di dalam anus untuk memeriksa sampel dan secara aktif mendeteksi virus. 

Seorang dokter senior di Rumah Sakit Yuan di Beijing mengatakan kepada televisi pemerintah China bahwa metode usap dubur dapat meningkatkan diagnosis orang yang terinfeksi karena efek virus pada anus lebih besar daripada efek pada saluran pernapasan.

Menerapkan usap anal ekstra dapat meningkatkan tingkat deteksi infeksi dan mengurangi diagnosis yang terlewat," kata Li Tongzeng, direktur asosiasi penyakit pernapasan dan infeksi di Rumah Sakit You'an Beijing, kepada penyiar pemerintah Central Chinese Television (CCTV).

Warga Tiongkok telah melihat masalah ini dengan perasaan campur aduk antara humor dan komentar di media seperti Weibo, yang mirip dengan Twitter di negara tersebut.

Seorang wanita dari kota utara Tangshan mengatakan kepada surat kabar Beijing News yang dikelola pemerintah bahwa usapan dubur "agak memalukan" 

Douyacai, seorang siswa yang kembali dari Korea Selatan, melakukan usapan anal di Beijing pada hari ke-14 karantina.

Dia menulis bahwa tes dilakukan oleh tenaga medis dengan dua penyeka.

"Hanya rasa malu yang tak ada habisnya. Tidak ada perasaan lain. Semoga beruntung," tulis Douyacai.

Winny, seorang pelajar yang tinggal di Australia, mengatakan dia menerima usapan anal saat berada di karantina di kota Guangzhou.

Dia menulis di blognya bahwa tes tersebut dilakukan pada hari ke-12 karantina selain usap mulut dan dia mendorong orang lain untuk bekerja sama dengan staf medis.

Televisi pemerintah China mengatakan metode ini tidak digunakan sebanyak metode lain karena diakui  tidak nyaman.

Pakar kesehatan  terpecah dalam menggunakan tes usap anal untuk COVID-19

"Saya tidak yakin apa yang mereka coba capai di sini dengan semua usapan dubur," kata Dr Sanjaya Senanayake, pakar penyakit menular di Universitas Nasional Australia, kepada ABC.

"Jelas, dari sudut pandang kepatuhan, pasti orang lebih memilih usap pernapasan daripada usap dubur atau anal."

Beberapa ahli medis Tiongkok juga mempertanyakan praktik tersebut .

Yang Zhanqiu dari Universitas Wuhan mengatakan kepada surat kabar Global Times yang dikelola pemerintah bahwa usapan hidung dan tenggorokan masih merupakan tes paling efisien untuk COVID-19, mengingat virus tertular melalui saluran pernapasan bagian atas daripada sistem pencernaan.

"Ada kasus tentang tes virus corona positif pada kotoran pasien, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa itu ditularkan melalui sistem pencernaan seseorang," kata Dr Yang.

Sebuah makalah yang diterbitkan oleh sejumlah peneliti China pada Agustus 2020 menyimpulkan: "Usap anal mungkin spesimen optimal untuk deteksi SARS-CoV-2 untuk mengevaluasi keluarnya pasien COVID-19 di rumah sakit."

"Pasien dengan hasil feses yang positif memerlukan isolasi lebih lanjut sampai virus benar-benar hilang."

Beijing pekan lalu mengumumkan sistem karantina "14 + 7 + 7" untuk pendatang dari luar negeri yang masuk, melibatkan 14 hari karantina hotel, tujuh hari karantina rumah, dan tujuh hari pemantauan kesehatan, di mana mereka tidak dapat mengikuti kegiatan kelompok.

Beijing juga akan melakukan tes antibodi serum untuk semua pelancong luar negeri yang masuk yang telah memasuki ibu kota China sejak 10 Desember dalam upaya menemukan rantai penularan infeksi cluster terbaru di distrik ibu kota Daxing, kata pemerintah Beijing .

Pakar kesehatan China mengatakan tes antibodi untuk pelancong yang masuk mengungkapkan bahwa wabah di distrik Daxing dimulai sebulan sebelum kasus pertama dilaporkan pada hari Minggu, dan pengujian asam nukleat tidak akan dapat menemukan pasien pertama ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun