Oleh: Ramdhani Nur
[caption id="" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber:http://asmarantaka.wordpress.com/2010/02/19/hati2-dengan-efek-mie-instan/"][/caption]
Aris sangat menyesali keputusannya kabur sampai selarut ini. Rasa laparnya ternyata lebih kuat menyerang kenyataannya dibanding ingatan atas makian ibu. Siang tadi, Aris gagal menghalau ayam-ayam yang mematuki nasi kering yang sebelumnya dijemur di atap rumah. Bola yang ditendangnya membuatnya tumpah. Akibatnya tak ada nasi untuk hari ini.
Kepada rumah akhirnya Aris kembali. Terpagari rasa takut dan malu yang membuatnya mematung di luar.
“Tong parasea! Udah dibagi sama rata.”
Bau mie instan segera menyeruak melewati bilik bambu. Menggoda air liur Aris tertelan dalam.
“Si Aris nggak dibagi…?”
Tak ada jawaban dari ibu. Tak ada juga keberaniannya untuk menyeruak masuk ke dalam rumah.
****
tong parasea=jangan bertengkar
Cirebon, 21 Oktober 2011
*lebih 2 kata,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H