Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buang Hajat

28 Mei 2011   05:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:07 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suber dari detik.com

[caption id="" align="alignnone" width="414" caption="suber dari detik.com"][/caption]

Hari ini Pak Bupati akan meresmikan WC Umum. Lima kabin yang sebagian terbuat dari tembok dan atapnya tertutup dari seng itu tampak gagah berdiri di dekat pinggir kali. Pak Bupati berulang kali manggut-manggut bangga atas hasil kerjanya. Ini bagian pengejawantahan atas aspirasi rakyat. Dua desa di pinggir kali ini sudah lebih dari 40 tahun selalu membuang hajat seenaknya di dari atas sana. Pada pagi hari tiba pastilah berjejer anak-anak orang tua, lelaki dan perempuan mengantri membombadir kali dengan bekas-bekas sisa makan semalam. Sungguh pemandangan yang menjijikan. Begitu Pak Bupati menangkap kesan kali pertama dia menempati rumah dinas barunya yang lataknya berhadapan dengan kali itu. Apa lagi ini sudah berlangsung lebih dari empat puluh tahun.

“Memalukan! Bagaimana jika Gubernur berkunjung kemari? Atau jika ada Bupati atau Walikota lain yang datang ke sini? Masa mesti disuguhi pantat?”

Pasti tidak! Untuk lima kabin yang biayanya tak sampai mencapai 50 juta ini rasanya keterlaluan jika sederet MCK saja tidak bisa dibangun. Kabupaten ini kaya kok! Baru saja minggu lalu seluruh anggota DPRD setempat mendapatkan jatah satu unit Blackberry Torch, untuk memangkas biaya berkirim pesan antar sesama anggota katanya . Hal yang pasti bikin keki jajaran Kepala Dinasnya. Entah dari mana anggaran itu berasal. Yang jelas total biaya sebesar 150 juta pun mengalir tanpa hambatan. Sungguh sangat terbukti bahwa Kabupaten ini tidaklah kere.

“Nanti kalau sudah siap diresmikan, undang semua TV! Kasih tunjuk kalau kita nggak sekedar bisa bagi-bagi BB, tapi juga WC!”

Dan memang benar, dua stasiun TV lokal dan beberapa wartawan dari media cetak ramai berkumpul di lokasi peresmian. Umbul-umbul terpasang berkibar. Pita warna-warni sudah diselempangkan sana-sini. Pejabat hierarkiah berderet dari ketua RT hingga Camat merenyah-renyah senyum sumringah. Lampu-lampu blitz mulai riuh ditembakkan pada Bupati yang gagah menuju titik peresmian. Pita siap digunting.

“Bismillahirrahmaanirrahim, dengan ini saya resmikan lima unit MCK bagi warga Desa Kapan Makmur dan Desa Mungkin Makmur untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Setelah ini saya minta tidak ada lagi yang buang hajat sembarang di pinggir kali.”

Cresss! Pita terpotong. Tepuk bergema. Sorak gempita. Selesai sudah! Tujuan telah tercapai. Imej dan kesan sudah terbentuk, bahwa Bupati kali ini peduli terhadap lingkungan dan rakyak di sekitarnya. Plus sebuah cara ampuh sebagai peredam atas isu miring sebelumnya. Merasa tuntas, Pak Bupati pun pulang ke kediaman tempat Dinasnya.

“Halah! Bau apa ini?” hidung Pak Bupati mengendus-endus mengarah pada pintu pagar dekat selokan jalan. Seonggok kotoran pecah terhempas aliran air menuju depan rumah kedian Pak Bupati. “Jancuk! Siapa yang berak di sini?”

“Saya, Pak!” polos seorang warga.

“Goblok! Kok masih berak sembarangan?”

“Saya sudah sangat kebelet, Pak. Udah di ujung. Mau ke kali, dilarang sama petugas. WC umum sendiri belum selesai diresmikan. Jadi terpaksa saya buang di selokan ini. Maaf, Pak! Udah ndak tahan!”

“Halaah… Dasar Kampuuung! Hoeeek! Hoeeek…!”

Seorang wartawan manggut-manggut. Kameramennya berhasil mengabadikan adegan ini.

*****

Cirebon, 28 Mei 2011

Kembali ke satir.
Kisah ini hanya bohong belaka. Kisah yang setema sempat terjadi pada salah satu Bupati di Indonesia.
sumber gambar : www.detik.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun