"Katakan, apa yang mesti kuperbuat agar aku bisa bertemu Dhanisa?"
"Tak ada!"
"Kau bisa melakukan apa saja padaku setelah kau ijinkan aku bertemu dengannya. Silakan membunuhku jika itu yang kau pikirkan!"
"Tak perlu! Kau telah lama mati bagiku dan terutama bagi Annisa."
"Kau tahu? Itu jauh lebih menyiksa dari pada kematian."
"Kau yang membuat pilihan itu."
"Aku telah beribu kali meminta maaf, dan aku terus menawarkamu cara maaf lain padamu, tidakkah itu berarti?"
"Tidak! Aku tak pernah punya maaf untuk ketidaksetiaan!"
"Kumohon, aku cuma ingin menemuinya..."
"Lupakanlah...! Biarkan dia kini bahagia dengan hari pernikahannya."
Percakapan usai. Hening meninggalkan kosong yang dingin.
***
Cirebon, 5 Pebruari 2011
Aris semakin kejam!
cerita sebelumnya Bukan Dhanisa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H