“Ibu cuma minta tolong satu hal, tolonglah dirimu sendiri. Lupakan masa lalu!”
Ibu menatap saya hampir menangis. Saya semakin tidak mengerti.
* * * *
Tangan saya ditarik bapak kuat kuat. Ibu menjerit-jerit. Saya menangis keras. Tapi saya masih bisa menangkap tangisan yang menyayat dari seorang gadis kecil yang digendong ibu ke dalam kamar sambil ibu benahi pakaiannya. Kemudian suara tangisan itu menghilang tertimpa teriakan Bapak yang mulai memukuli saya.”Kamu apakan adik kamu, hah? Kamu apakan adik kamu?”
Itu cerita waktu umur saya dua belas tahun. Tapi sekarang umur saya sudah lewat tiga puluh tahun…
…Dan saya menangis.
Cirebon, cerpen lama
gambar dari www.ardhz.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H