Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Informasi Cerita dalam Membangun Alur Flash Fiction (untuk Pemula)

23 Desember 2010   04:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:28 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada awal cerita hanya ditampilkan informasi tentang tokoh, hubungan keduanya, tempat kejadian dan rasa yang dimiliki tokohnya. Tak ditunjukkan informasi tentang ancaman keamanan, atau informasi lain yang melogiskan jika sebuah bom mungkin meledak di tempat itu. Secara faktual, kisah semacam ini mungkin saja terjadi. Namun dalam tataran prosa, jika unsur kejutan seperti ini bebas berlaku, maka FF akan menjadi ajang otoritas absolut penulis. Kisah dan alur yang dibangun dari beberapa informasi cerita hanya akan sia-sia.

Kita sering juga menemukan FF yang di ujung kisah, sebagai sebuah klimaks, ternyata aksi yang dialami tokoh hanya sebuah lamunan atau impian saja. Betapa tidak menariknya alur cerita, jika setiap FF berakhir sebagai sebuah lamunan si tokoh. Cara seperti ini pun bisa dianggap salah satu bentuk kesemena-menaan penulis.

Bandingkan dengan sebuah FF di bawah ini:

“Hai, ganteng…!” Satu colekan menjarah pipiku. Aku terdiam pasrah. Kepalaku tak mampu menghindar dari sergapan jemari wanita muda ini. Berkali-kali pipiku terasa berayun. Jujur aku memang menyukai perlakuan ini. Ada sensasi tertentu saat telunjuknya yang lentik menyentuh kulitku. Entahlah, seperti paham dia selalu mengulanginya saat kuberikan senyum manis padanya. Ah, aku senang membuat dia senang. Bukan kepada dia saja sesungguhnya. Sudah sejak sebulan ini aku merasa banyak wanita menyukaiku. Mereka datang dan pergi. Aku harap tidak untuk wanita ini. Terlalu lama diriku kosong oleh cinta dan kasih sayang. Padahal aku sangat membutuhkan itu. Aku tak menyangkal bahwa selama ini banyak yang mengasihi dan menyayangi. Tapi aku butuh yang spesial. Sebuah cinta dan kasih sayang yang khusus hanya untukku.

Aku memang pernah memilikinya dulu. Cinta dari seorang wanita yang ayu. Aku ingat betapa lembut ciuman-ciumannya yang jatuh di bibirku. Betapa damai dan hangat pelukannya saat tubuhku terengkuh sempurna. Betapa aku menikmati dahaga cinta saat wajahku terhempas di dadanya. Tak ada kebahagian yang bisa melebihi itu. Sampai suatu malam dia mencampakkan aku. Aku tak pernah tahu apa salahku. Aku bertanya-tanya, tapi tak satu katapun yang bisa menggugahnya. Bahkan ketika tangis dan air mataku berurai dia tetap saja pergi. Begitulah aku kehilangan cinta. Dan itu sangat menyakitkan!

“Aku menyukaimu…kamu menggemaskan!” disentuhnya hidungku dengan lembut. Aku tidak mengerti dengan yang aku rasa. Tapi ini seperti cinta lama yang kembali. Getaran yang kurindukan sejak beberapa bulan lalu. Ah, semoga saja benar, karena sepertinya aku juga menyukainya.

***

Seperti mendapat panggilan tiba-tiba saja seorang lelaki baya menghampirinya. Dia lelaki yang juga tampan dan lembut. Aku agak cemburu ketika tangan wanita itu menggamit sang lelaki agar mendekatiku. Kemudian tanpa bisa kutolak kedua tangannya meraih diriku, mengangkat dan meletakanku dengan lembut di bahunya.

“Aku suka yang ini, Mas. Lihatlah! Dia lucu dan menggemaskan. Kita segera buat proses adopsinya, ya! Aku nggak mau keduluan sama orang lain.”

Aku tidak begitu mengerti yang dikatakannya. Tapi aku paham betul yang kurasa. Aku menyukai wanita ini, mungkin juga lelaki di sampingnya yang terus menyapa dan mengajakku tertawa.

Dalam cerita ini informasi tentang tokoh dan tempat hampir tak ada. Minimnya informasi ini membuat imajinasi pembaca terbawa gambaran umum yang disajikan penulis. Sifatnya asosiatif dan multitafsir. Ketika tokoh aku berhadapan dengan wanita, plus pembahasan soal cinta yang diungkap si tokoh aku, pembaca digiring pada penafsiran bahwa ini adalah hubungan dua manusia dewasa, dengan cinta sebagai alasannya. Lalu tiba-tiba pada akhir-akhir cerita penulis memperjelas tafsiran dengan memberikan informasi cerita tak langsung pada tokoh-tokohnya. Tentang keinginan tokoh wanita mengadopsi tokoh aku. Ternyata tokoh aku adalah calon bayi adopsi. Apakah ini tindakan semena-mena penulis? Mari kita telusuri informasi cerita dari awal FF ini yang mendukung informasi di akhir kisah. Kita tidak merasa ada informasi yang bertentang dengan kejutan di akhir cerita. Yang terjadi adalah kita terjebak pada imajinasi yang kita tafsirkan sendiri. Jika dari awal cerita kita sudah menafsirkan tokoh aku sebagai calon bayi adopsi yang mengalami pengalaman pahit dengan ibu biologisnya dan cinta yang dimaksud adalah cinta antara ibu dan anak, tentu informasi-informasi cerita sebelumnya menjadi logis. Gaya penulisan yang nakal seperti ini kadang menjadi sebuah pilihan penulis membangun alur kejutannya dalam FF.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun