"Hai, Jul! Baru pulang jam segini?"
"Yah...!" Panjul terduduk lemas di atas dus kotor. Tangannya terus menggaruk-garuk lehernya.
"Capek aku seharian bekerja."
"Ngelembur terusss? Bentar lagi bakal kaya kau!"
"Sialan kau, Min!"
Mimin terkekeh.
* * *
Panjul dan Mimin adalah dua sahabat. Mereka berasal dari desa Kalijaga suatu daerah di pantura. Sudah dua tahun mereka merantau ke ibu kota. Meninggalkan keluarga dan kerabat disana. Ah, sebenarnya meninggalkan bukanlah kata yang tepat. Mereka diculik dari keluarganya untuk dipaksa bekerja. Kejam memang. Tapi memang begitulah yang sering terjadi. Saudara-saudara dan teman-teman Panjul dan Mimin sudah lama menjadi korban. Mereka dilatih menjadi penghibur. Diajarkan menari dan beraksi. Jika sudah cukup mahir mereka sudah ditunggu majikan-majikan mereka untuk segera mencari rejeki di pinggir jalan. Mereka tak pernah mendapatkan apa-apa selain makanan dan tempat tingal yang sangat tidak layak. Mau apa lagi? Tak ada yang bisa diperbuat terhadap orang-orang yang serakah dan tak berperasaan ini. Seperti Panjul dan Mimin. Disinilah nasib mereka berujung.
* * *
"Aku jenuh kerja begini terus, Min!" seloroh Panjul menjelang waktu tidurnya. "Aku lelah tiap hari kerja siang malam kepanasan dan kedinginan. Aku benci terus diperintah melakukan ini itu. Aku bosan disabeti kalau aku malas dan melawan."
"Sabar, Jul! Memang begitulah nasib kita."
"Itu bukan nasib kita! Itu hasil kebodohan dan ketakutan kita selama ini. Kita selalu khawatir tak bisa makan, kemudian menjadi pencuri jika lepas dari mereka. Omong kosong semua itu!"
"Jangan aneh-aneh kamu, Jul!"
Panjul tiba-tiba berdiri dari pembaringannya. Dia mendekat ke kamar Mimin yang tersekat jaring. "Aku sudah merencanakan ini sejak lama, Min. Aku merasa saat ini adalah waktu yang tepat. Aku akan kabur malam ini. Kau ikut?"
"Ya, Tuhan! Sadar, Jul, sadar! Itu sangat berbahaya!"
* * *
Keretak! Keretak! Seperti suara kerangkeng yang dibuka paksa. Kasman bangun terperanjat. Matanya melotot melihat sesuatu melesat di hadapannya. Kesadarannya muncul dibarengi teriakan pada rekannya. "Panjul...! Si Panjul kabur!"
Bowo yang baru terlelap terbawa panik. "Kejaaar...!!! Bawa bedil kalau perlu!"
Suasana makin tak karuan saja oleh teriakan-teriakan Mimin yang terus melompat-lompat di balik kandang besinya.
"UU-AA-UU-AA-UU-AA-UU-AA-UU-AA!"
Cirebon, 23 September 2010
(Foto diambil dari koleksi Hannah Photobucket)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H