Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hai, Ganteng! Kamu Menggemaskan

21 September 2010   03:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:05 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hai, ganteng...!"

Satu colekan menjarah pipiku. Aku terdiam pasrah. Kepalaku tak mampu menghindar dari sergapan jemari wanita muda ini. Berkali-kali pipiku terasa berayun. Jujur aku memang menyukai perlakuan ini. Ada sensasi tertentu saat telunjuknya yang lentik menyentuh kulitku. Entahlah, seperti paham dia selalu mengulanginya saat kuberikan senyum manis padanya. Ah, aku senang membuat dia senang.

Bukan kepada dia saja sesungguhnya. Sudah sejak sebulan ini aku merasa banyak wanita menyukaiku. Mereka datang dan pergi. Aku harap tidak untuk wanita ini. Terlalu lama diriku kosong oleh cinta dan kasih sayang. Padahal aku sangat membutuhkan itu. Aku tak menyangkal bahwa selama ini banyak yang mengasihi dan menyayangi. Tapi aku butuh yang spesial. Sebuah cinta dan kasih sayang yang khusus hanya untukku.

Aku memang pernah memilikinya dulu. Cinta dari seorang wanita yang ayu. Aku ingat betapa lembut ciuman-ciumannya yang jatuh di bibirku. Betapa damai dan hangat pelukannya saat tubuhku terengkuh sempurna. Betapa aku menikmati dahaga cinta saat wajahku terhempas di dadanya. Tak ada kebahagian yang bisa melebihi itu. Sampai suatu malam dia mencampakkan aku. Aku tak pernah tahu apa salahku. Aku bertanya-tanya, tapi tak satu katapun yang bisa menggugahnya. Bahkan ketika tangis dan air mataku berurai dia tetap saja pergi. Begitulah aku kehilangan cinta. Dan itu sangat menyakitkan!

"Aku menyukaimu...kamu menggemaskan!", disentuhnya hidungku dengan lembut. Aku tidak mengerti dengan yang aku rasa. Tapi ini seperti cinta lama yang kembali. Getaran yang kurindukan sejak beberapa bulan lalu. Ah, semoga saja benar, karena sepertinya aku juga menyukainya.

Seperti mendapat panggilan tiba-tiba saja seorang lelaki baya menghampirinya. Dia lelaki yang juga tampan dan lembut. Aku agak cemburu ketika tangan wanita itu menggamit sang lelaki agar mendekatiku. Kemudian tanpa bisa kutolak kedua tangannya meraih diriku, mengangkat dan meletakanku dengan lembut di bahunya.

"Aku suka yang ini, Mas. Lihatlah! Dia lucu dan menggemaskan. Kita segera buat proses adopsinya, ya! Aku nggak mau keduluan sama orang lain"

Aku tidak begitu mengerti yang dikatakannya. Tapi aku paham betul yang kurasa. Aku menyukai wanita ini, mungkin juga lelaki di sampingnya yang terus menyapa dan mengajakku tertawa.

Cirebon, 20 September 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun