Mohon tunggu...
Ramdhan haerumaN
Ramdhan haerumaN Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pecinta Alam RIMBAWANA

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Berawal dari Peduli, Menjadi Nilai Pundi (Rumah Kompos Desa Sumbersari Ciparay Bandung)

25 Juli 2019   11:40 Diperbarui: 25 Juli 2019   18:04 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sifat malas sudah menjadi hal yang biasa di sebagian besar Masyarakat Indonesia. Sifat malas yang sudah banyak tertanam pada diri manusia sudah menyebabkan banyak masalah yang bahkan kita sendiri tidak sadar. Mendengar kata malas seperti sifat yang spele didengarnya bukan? 

Padahal dari kata malas tersebut manusia dirugikan dalam berbagai hal, materi, fisik, dan lainnya. Peduli hanya kata belaka yang digembor-gemborkan dari dulu sampai entah kapan. 

Jika kita peduli terhadap Alam kita kenapa kita baru sadar setelah alam kita rusak, setelah sungai Citarum kotor, setelah Bandung banjir, setelah hutan gundul. 

Kemana saja kalian yang sekarang menyebutkan peduli terhada alam, peduli terhadap lingkungan, peduli terhadap sampah yang sudah menjadi gunungan.  

img-20190725-111442-5d392d1c097f3640f9373eb2.jpg
img-20190725-111442-5d392d1c097f3640f9373eb2.jpg
Didampingi pak Hendra dan Pak Merry yang merupakan TNI dari Sektor 5 Citarum Harum Kodam  03 Siliwangi bertemu dengan seorang aktivis lingkungan saat kegiatan Kuliah Kerja Nyata UPI Kampus Cibiru membuat saya iri pada beliau, Pak Asep namanya, beliau bukan pejabat kaya, beliau bukan super hero, akan tetapi beliau adalah aktivis lingkungan yang bertahun-tahun peduli terhadap sampah masyarakat bantaran sungai Citarum, Peduli terhadap lingkungan Sumbersari, dan peduli terhadap alam kabupaten Bandung. 

Pak Asep menceritakan bahwa "saat mengawali perjuangannya, menggerakan orang banyak untuk peduli lingkungan berat, penolakan demi penolakan sudah pak Asep rasakan, "Kalau menggerakan TNI itu gampang, akan tetapi beda dengan menggerakan sipil" Itulah yang dikemukakan beliau saat diwawancara. Perjuangan beliau mendapat respon dari Dinas Lingkungan Hidup Kab. 

Bandung, beliau mendapatkan bantuan berupa Rumah Kompos beserta TPA Sampah. Di TPA Haurcucuk inilah Rumah Kompos dikembangkan menjadi TPS3R yang merupakan kependekkan dari Teknologi Recycling Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle. 

Berawal dari hanya mengelola sampah organiknya saja menjadi pupuk, berkembang menjadi adanya pemilahan sampah, dimana ada pencacahan plastik dengan mesin yang bisa dibuat plastik lagi, kertas yang dihancurkan menjadi bubukan, kaca yang dihancurkan menjadi pasir, semua itu diproses untuk didaur ulang lagi. 

Dari proses itu semua itu, pak Asep yang awalnya tidak mendapat gaji dari siapapun, sekarang menjadi bisa menggaji pegawainya yang sekarang sudah ada 5 orang. 

Coba kita pikirkan, jika kita membuang sampah ke pekerja yang suka menarik sampah, mereka dibayar oleh kita, dan dari sampah yang mereka olah juga bisa  mendapatkan uang, betapa ruginya kita. 

Tidak lupa TPS3R ini mempunyai dua fungsi lagi yaitu Reuse dan Reduce, dimana sampah Reuse bisa digunakan kembali difungsikan kembali, seperti pengolahan sampah organik menjadi kompos itu merupakan salah satu contohnya. Dan di Reduce merupakan pengolahan sampah untuk jeni sampah yang memang sudah tidak bisa dimanfaatkan. 

Meskipun rumah kompos ini sudah bagus dalam pengelolaannya dengan menggunakan sistem Bank Sampah, permasalahan muncul dalam segi pengololaan sampah reduce, mereka masih membakar sampah yang tidak bisa dimanfaatkan yang menyebabkan tingkat H2O di lingkungan TPA menjadi besar.

 Sementara ini belum ada solusi yang benar-benar tidak merugikan lingkungan sekitar. Dan permasalahan kedua dalam pengelolaan Kompos, bak kompos yang selama 2 tahun ini sudah dijalankan, pada tahun 2019 diberhentikan karena penutup bak kompos yang beratapkan terpal sudah rusak, dan sampai saat ini bantuan dari desa belum turun, minimal atap pembuatan kompos ini dibuat semi permanen.

Dengan adanya perintis untuk peduli Alam seperti pak Asep,  harapannya bisa membuat orang orang tergerak,  dan bisa mengikuti jejak pak Asep.  Dan bisa memunculkan Rumah Kompos-Rumah Kompos Lainnya.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun